Scroll untuk baca artikel
EdukasiKolom

Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat Kaderisasi Pemimpin

Adib Achmadi
×

Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat Kaderisasi Pemimpin

Sebarkan artikel ini
Lembaga Pendidikan Sebagai Pusat Kaderisasi Pemimpin
Ilustrasi/Zonasi.id

Di tengah krisis kepemimpinan nasional, sekolah berpotensi menjadi pusat kaderisasi pemimpin yang berintegritas dan kompeten, mempersiapkan generasi masa depan dengan karakter kuat sejak dini.

Oleh: Adib Achmadi
(Praktisi dan Konsultan Pendidikan)

KRISIS kepemimpinan nasional merupakan salah satu tantangan serius yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Sulitnya menemukan pemimpin yang berintegritas dan kompeten menjadi bukti nyata adanya masalah mendasar dalam proses kaderisasi kepemimpinan di negara ini.

Alih-alih melahirkan sosok pemimpin seperti Soekarno, Hatta, atau Agus Salim, saat ini banyak ditemukan pemimpin yang bermasalah. Mereka terjerat kasus korupsi, pelanggaran etika, dan moral, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin semakin menurun.

Selain itu, minimnya wahana kaderisasi pemimpin yang efektif turut memperburuk situasi. Banyak organisasi yang seharusnya menjadi tempat kaderisasi pemimpin tidak berfungsi optimal karena kurangnya sistem yang terencana dan dukungan yang memadai.

Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk membangun sistem kaderisasi yang lebih baik dan berkelanjutan, salah satunya melalui lembaga pendidikan.

Sekolah sebagai Wahana Kaderisasi Pemimpin

Sekolah memiliki peran strategis dalam membentuk karakter pemimpin siswa. Setiap hari siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah.

Jika sekolah dirancang untuk menciptakan ekosistem kepemimpinan, siswa akan mendapatkan pengalaman berharga yang dapat membentuk karakter kepemimpinan mereka.

Apalagi, jika ekosistem kepemimpinan diterapkan sejak dini hingga siswa lulus perguruan tinggi, keterampilan kepemimpinan akan secara alami menjadi bagian dari kompetensi lulusan.

Ekosistem kepemimpinan di sekolah dapat ditanamkan melalui berbagai aktivitas. Di dalam kelas, misalnya, guru dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam belajar melalui diskusi, kerja kelompok (teamwork), atau penugasan lainnya.

Sementara itu, di luar kelas, kegiatan seperti organisasi siswa, kegiatan bakat dan minat, serta iklim kompetisi yang sehat dapat dihidupkan untuk mengembangkan potensi siswa.

Dengan demikian, sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk menimba ilmu, tetapi juga wahana pengembangan potensi sekaligus laboratorium kepemimpinan yang efektif.

Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya diajarkan untuk menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan soft skill seperti komunikasi, berpikir kritis (critical thinking), berkolaborasi, bekerja dalam tim (teamwork), inisiatif, dan disiplin.

Semua keterampilan ini merupakan ciri karakter pemimpin. Dengan karakter ini, siswa diharapkan mampu menghadapi tantangan di masa depan, baik di tingkat lokal maupun global.

Langkah-Langkah yang Perlu Dilakukan