Temuan menunjukkan, hubungan antara penenangan perangkat dan konsekuensi emosional sangat tinggi di antara anak laki-laki dan anak-anak yang mungkin sudah mengalami hiperaktif, impulsif, dan temperamen kuat yang membuat mereka cenderung bereaksi secara intens terhadap perasaan seperti kemarahan, frustrasi, dan kesedihan.
“Temuan kami menunjukkan bahwa menggunakan perangkat sebagai cara untuk menenangkan anak-anak yang gelisah dapat menjadi masalah bagi mereka yang sudah berjuang dengan keterampilan mengatasi emosi,” kata Jenny.
Dia menambahkan, periode pra-sekolah adalah tahap ketika anak-anak lebih cenderung menunjukkan perilaku yang sulit, seperti amukan, pembangkangan, dan emosi yang intens. Itu mungkin membuatnya semakin tergoda untuk menggunakan perangkat sebagai alat pengasuhan anak.
“Pengasuh mungkin merasa lega dari penggunaan perangkat jika mereka dengan cepat dan efektif mengurangi perilaku negatif dan menantang anak-anak. Ini terasa bermanfaat bagi orang tua dan anak-anak dan dapat memotivasi mereka berdua untuk mempertahankan siklus ini,” tutur Jenny.
Sementara, sudah lebih satu dekade lalu, Asosiasi Pediatri Jepang meluncurkan kampanye iklan, termasuk poster di rumah sakit anak untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya menyerahkan telepon kepada bayi untuk menghentikan anak menangis atau menghibur mereka di kereta bayi.
Menenangkan anak dengan memberikan smartphone atau tablet memang cara cepat yang sering dilakukan oleh orang tua saat anaknya menangis, namun demikian American Academy of Pediatrics berkata: “Anak-anak di bawah usia dua tahun belajar paling baik dengan berinteraksi dengan orang, bukan layar”.