Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Menahan Emosi Saat Marah Pada Anak, Ini Strateginya

Redaksi
×

Menahan Emosi Saat Marah Pada Anak, Ini Strateginya

Sebarkan artikel ini

Diperlukan strategi khusus atau manajemen mengatur emosi agar orangtua mampu menahan emosi saat marah kepada anak.

BARISAN.CO – Anak adalah manusia kecil yang minim ilmu dan pengalaman, maka wajar jika ia memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mencari pada sesuatu yang belum ia ketahui sebelumnya.

Dari ketidaktahuan itu kadangkala anak berbuat sesuatu yang membahayakan anak atau membuat khawatir anak itu sendiri meskipun anak juga tidak tahu kalau itu tidak baik bagi dirinya, misalkan bermain pisau, naik tangga, dll. Bisa juga berbuat sesuatu yang cenderung merusak, misalkan mencorat-coret tembok, membanting vas bunga, dll.

Dari hal tersebut tak jarang orangtua menjadi naik pitam atas kelakuan anaknya. Lantas bagi orangtua yang tidak bisa menahan emosi bisa saja berbuat sesuatu yang kadang malah lebih membahayakan anak, misalkan dengan memukul, memarahi dan memaki anak, dll.

Maka sebenarnya hal tersebut adalah cara yang tidak baik yang diterapkan kepada anak, karena bisa jadi anak cenderung tumbuh menjadi pembangkang.

Cara menahan emosi saat marah kepada anak.

Untuk itu diperlukannya manajemen untuk mengatur emosi. Dan berikut adalah beberapa strategi untuk mengatasi atau menahan emosi saat marah pada anak :

  1. Saat anak mulai mengesalkan dan membuat marah, tariklah nafas dalam-dalam secara perlahan. Tindakan ini akan mencegah kita berkata kasar atau membentak si anak. Ulangi beberapa kali sampai perasaan sedikit tenang, sebelum kita mengatakan atau berbuat apapun. Setelah tenang, otak pun akan berpikir lebih jernih sehingga kita bisa mengontrol apa yang akan kita bicarakan nantinya.
  2. Ketika amarah mulai memuncak, memang sulit mengontrol diri. Tapi ingat, kita sedang berhadapan dengan anak kita sendiri. Cobalah pikirkan sifat-sifat positif yang ada pada diri si anak. Bayangkan bagaimana lucunya dia saat mulai belajar merangkak atau saat dia tertawa polos ketika kita ingin memotretnya. Mengingat hal-hal baik dari anak, akan membantu kita meredakan kemarahan dan bertindak lebih terkontrol.
  3. Setelah berhasil mengontrol diri, ajak anak kita bicara dari hati ke hati. Dalam hal ini, bertindaklah seperti teman. Posisikan tubuh kita sejajar dengan tinggi badannya, tatap mata lalu bicara dengan nada pelan. Tanyakan kenapa dia berbuat sesuatu yang membuat kita marah, apa yang diinginkannya. Sebaliknya, jangan menyuruhnya harus begini atau begitu.
  4. Belajarlah lebih sensitif terhadap perasaan anak. Ketahui apa yang ditakutinya, keinginan, ketertarikan dan apa yang tidak disukainya. Dengan memahami anak, maka kita bisa menyikapi masalah sesuai sudut pandang si anak.
  5. Jika memang rasa marah seperti tidak bisa ditahan lagi, pergilah sebentar sebelum memulai pembicaraan dengan anak. Tinggalkan dia ke ruangan lain, jernihkan pikiran sebentar. Setelah lebih tenang, kita bisa berkomunikasi lagi dengan anak kita.

Semua anak belajar berperilaku terutama pada awal-awal kehidupan mereka. Mereka belajar bagaimana mempertahankan diri, mengungkapkan kemarahan, mengemukakan pendapat, dll.

Karena mereka tidak lahir dengan membawa keterampilan itu. Mereka lahir untuk dibimbing oleh orangtuanya bagaimana berperilaku. Mereka tidak nakal, mereka hanya sedang belajar berperilaku.

Kitalah sebagai orangtua yang harus mengarahkan. Masa-masa emas (golden period) perkembangan mental putra putri kita adalah saat anak-anak. Mari isi dengan pengalaman indah yang menyenangkan. [Luk]