Ekonomi

Meski Literasi Keuangan Syariah Rendah, Kredit dan DPK Bank Syariah Terus Tumbuh, Ini Datanya

Beta Wijaya
×

Meski Literasi Keuangan Syariah Rendah, Kredit dan DPK Bank Syariah Terus Tumbuh, Ini Datanya

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Bank syariah telah menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan, dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini tercermin melalui berbagai portofolio yang telah berhasil mereka capai.

Salah satu indikator pertumbuhan merupakan aspek Intermediasi Perbankan. DPK (Dana Pihak Ketiga) merupakan salah satu sumber dana utama Bank Syariah. Dan penyaluran pembiayaan merupakan ketentuan bank dalam mengelola dana terhimpun.

Pertumbuhan yang berkelanjutan dalam hal ini menunjukkan, bahwa bank syariah berhasil memikat nasabah untuk menaruh dana mereka di bank ini dan juga berhasil dalam penyaluran pembiayaan yang bijak.

Portofolio Kinerja Penghimpunan dan Penyaluran Dana oleh Bank Syariah

Tercatat, pada DPK bank syariah bulan Juni 2023 mencapai Rp422,426 miliar. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari setahun yang lalu, di bulan Juni 2022 sebesar Rp380,846 miliar. Sehingga pertumbuhannya 10,92%.

Pencapaian penyaluran pembiayaan pun mengalami peningkatan. Pada Juni 2023 sebesar Rp43,26 miliar. Lalu, pada Juni 2022 tercatat sebesar Rp281,652 miliar. Pertumbuhan tersebut 21,87%.

Bahkan, pandemi yang terjadi beberapa tahun pun tak membuat bank syariah mengalami penurunan dalam penghimpunan atau penyaluran dana. Tercermin pada Tahun 2019 (sebelum pandemi) DPK tercapai Rp288,978 miliar. Selanjutnya tumbuh di 2020 sebesar Rp322,853 miliar. Di 2021 sebesar Rp365,421 miliar. Dan 2022 tercatat Rp429,029 miliar.

Sementara itu, pembiayaan juga selalu mengalami pertumbuhan meski di tahun-tahun pandemi, tahun 2019 tercapai Rp225,146 miliar. Selanjutnya tahun 2020 sebesar Rp246,532 miliar. 2021 tercapai sebesar Rp256,219 miliar. Dan, tahun 2022 sebesar Rp322,599 miliar.

Dari portofolio bank syariah, dalam menghimpun dan menyalurkan pembiayaan tetap tumbuh di masa pandemi, dapat menjadi kesimpulan bahwa perbankan syariah lebih ‘agile’ tahan terhadap berbagai kondisi.

Namun, perlu pemahaman lebih bahwa literasi keuangan di Indonesia. Seperti yang disorot dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, masih sangat rendah, yaitu hanya sekitar 9,14%.

Ini berarti bahwa banyak masyarakat Indonesia masih kurang memahami produk dan layanan perbankan syariah serta manfaatnya. Oleh karena itu, ada potensi besar untuk meningkatkan literasi keuangan. Dan juga meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bank syariah.

Perlu ada upaya yang lebih intensif dalam mengedukasi masyarakat tentang prinsip-prinsip perbankan syariah, manfaatnya, serta bagaimana mereka dapat memanfaatkan produk dan layanan yang bank tawarkan. [Yat]