Sorotan Redaksi

Orang Miskin Jadi Sasaran Empuk Industri Tembakau

Anatasia Wahyudi
×

Orang Miskin Jadi Sasaran Empuk Industri Tembakau

Sebarkan artikel ini
industri tembakau
Ilustrasi: Unsplash.com/Afif Ramdhasuma.

Bukan hanya membuat candu, perokok berat rela tidak makan hanya demi bisa merokok.

BARISAN.CO – Kualitas pendidikan yang lebih rendah dikaitkan dengan rendahnya tingkat literasi kesehatan, sedikit kesempatan kerja, sedikit kemampuan mengakses makanan sehat yang cukup, dan sedikit akses terhadap layanan kesehatan yang semuanya berdampak pada hasil kesehatan.

Masyarakat perdesaan dengan status sosial ekonomi yang rendah juga lebih mungkin kekurangan sumber daya yang menjadi penghalang mendukung pendidikan, pencegahan, dan penghentian tembakau.

Jumlah penduduk miskin per Maret 2023 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak 25,90 juta orang. Dari jumlah tersebut, 11,98 jutanya tinggal di daerah perkotaan dan 14,16 juta orang lainnya tinggal di daerah perdesaan.

Sementara, Garis Kemiskinan pada periode yang sama tercatat sebesar Rp550.458/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp408.522 dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp141.936.

Dari riset IDEA 2022 menemukan, konsumsi rokok berkorelasi dengan kerawanan pangan pada jutaan keluarga miskin.

“5,6 juta orang tidak bisa makan sehat dan bergizi demi rokok. Bahkan, ada 600 ribu perokok yang pernah tidak makan seharian demi tetap bisa merokok,” tulis riset IDEA tersebut.

Artinya, banyak orang yang mengorbankan uang belanja makanan demi membeli rokok yang mana rokok ini jelas-jelas merusak kesehatan.

Sebuah riset Truth Initiative mengungkapkan, 72 persen perokok berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah. Bukan suatu kebetulan, namun industri tembakau memang menargetkan populasi ini.

Industri tembakau memiliki sejarah panjang dan terdokumentasi dengan baik dalam menargetkan orang-orang berpendapatan terbatas dengan diskon dan promosi produk-produknya yang mematikan dan membuat ketagihan sejak lebih dari 60 tahun silam.

Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC) menyebut, industri tembakau menyasar masyarakat berpenghasilan rendah melalui pemasaran dan periklanan. Pemasaran memainkan peran besar dalam menentukan apakah orang mencoba atau menggunakan produk tembakau komersial.

Berada di sekitar iklan tembakau membuat kebiasaan merokok tampak lebih menarik dan meningkatkan kemungkinan seseorang mencoba merokok untuk pertama kalinya atau mulai menggunakan produk tembakau komersial secara teratur.

Ditambah, ketika seseorang menghadapi stres atas masalah keuangan, diskriminasi atau lingkungan yang tidak aman, mereka cenderung akan merokok. Tekanan kemiskinan membantu menjelaskan mengapa permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh tembakau cenderung lebih buruh bagi masyarakat dengan sosial ekonomi rendah.

Ketika mengalami stres yang parah, tubuh merespons dengan meningkatkan hormon stres dan menjaganya tetap tinggi. Jika ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, mereka dapat mengalami masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Merokok juga menyebabkan penyakit dan kecacatan serta membahayakan hampir setiap orang tubuh.

Layanan Berhenti Merokok Tidak Laku

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyediakan layanan Berhenti Merokok yang dapat diakses melalui nomor telepon 0-800-177-6565. Selain itu, banyak puskesmas yang saat ini menyediakan layanan berhenti merokok ini.