Dalam memperingati Hari Lahan Basah Sedunia, mari kita jaga dan mengingat pentingnya lahan basah bagi bumi.
BARISAN.CO – Hari Lahan Basah Sedunia (World Wetlands Day) diperingati setiap tanggal 2 Februari. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya lahan basah bagi manusia dan planet.
Peringatan ini sebagai tindak lanjut dari kesepakatan dan penandatanganan Kota Ramsar, Iran pada 2 Februari 1971. Tahun ini mengangkat tema Wetlands Action for People and Nature, menyoroti pentingnya tindakan guna memastikan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari lahan basah untuk manusia dan planet bumi.
Lahan basah sendiri terjadi saat air bertemu dengan tanah, misalnya lahan gambut, sungai, delta, rawa-rawa, dan lain-lain.
Indonesia menjadi anggota Konvensi Ramsar di tahun 1991 dengan terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) tahun 1991 yang menjadi Ratifikasi Konvensi Ramsar di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tentang Statistik Lingkungan Hidup 2019, Indonesia memiliki lahan gambut terbesar kedua di dunia dengan lahan mencapai 24 juta hektar.
Akan tetapi, mayoritas ekosistem gambut mengalami kerusakan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut di tahun itu, hanya sekitar 181.142 hektar lahan gambut dalam keadaan baik sedangkan sisanya dalam kategori rusak tingan hingga rusak sangat berat. KLHK mencatat mulai Januari hingga November 2021, kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan Barat mencapai 13.367 hektar.
Sejak tahun 1700-an, banyak lahan basah di dunia telah terdegradasi dan kehilangan lebih cepat daripada hutan. Padahal, lahan basah adalah ekosistem yang sangat penting bagi keanekaragaman hayati, mitigasi dan adaptasi iklim, ketersedian air tawar, ekonomi dunia, dan lainnya.
Penyebab kerusakan lahan antara karena kerusakan habitat akibat pencemaran dari drainase pertanian dan pembangunan yang didorong oleh pertumbuhan populasi serta eksploitasi. Di Indonesia, berkembangnya industri kelapa sawit menjadi salah satu penyebab degradasi lahan basah, yakni gambut.
Sama halnya dengan laporan Wetlands International “The Source: 2019 Annual Review Wetlands International” mengungkapkan, hutan rawa gambut yang berada di daratan rendah tropis Indonesia menjadi target alih fungsi perkebunan kelapa sawit serta industri bubur kertas dengan skala besar juga cepat.
Keadaan ini juga diperparah dampak perubahan iklim yang memicu polusi dan peningkatan suhu bumi, memicu lahirnya spesies berbahaya serta pendangkalan lahan basah.
Hilangnya lahan basah berisiko meningkatnya banjir, rob, serta menghilangnya fungsi penjernihan air. Kerusakan itu juga mengancam pendapatan penduduk.
Mengutip Days of The Year, menyebut lahan basah yang sehat, penduduk sekitar pun menjadi lebih sehat. Selain itu, lahan basah amat penting karena kala cuaca buruk datang, lahan basah bisa memperlambat cuaca buruk dan memberi waktu orang-orang sekitar untuk menyelamatkan diri dari bencana.
Hari lahan basah sedunia menjadi momen ideal dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ekosistem yang begitu penting ini. Mari kita jaga dan lestarikan lahan basah demi keberlangsungan seluruh umat di dunia hari ini dan nanti. [ysn]