“Masalah umat hari ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan fikih, tetapi dengan ilmu pengetahuan yang luas,” tegas KH Ubaidullah Shodaqoh.
BARISAN.CO – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menggelar Muktamar Ilmu Pengetahuan ke-3 di Universitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid Pekalongan atau UIN Gus Dur, Minggu (16/11/2025).
Mengusung tema “Meneladani Pemikiran dan Tindakan Gus Dur: Reaktualisasi Masyarakat Sipil, Kemandirian Organisasi dan Keadilan Ekologi”, forum ini menjadi wadah bertemunya para ilmuwan, akademisi, dan kader NU dari berbagai disiplin ilmu.
Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Ubaidullah Shodaqoh, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa Muktamar Ilmu Pengetahuan lahir dari kebutuhan nyata di tubuh NU.
Menurutnya, kompleksitas permasalahan yang dihadapi masyarakat dan organisasi tidak lagi dapat diselesaikan hanya melalui bahtsul masail atau pendekatan keilmuan pesantren semata.
“Saya ditarik ke kepengurusan NU sejak masih jomblo, dan tentu itu sering jadi bahan olok-olok,” ujarnya disambut tawa peserta.
“Sebagai pengurus Syuriah, saya dan teman-teman sudah mengkoordinasikan bahtsul masail selama 25 tahun. Namun persoalan di NU dan masyarakat kini jauh lebih banyak dan beragam.”
KH Ubaid menekankan bahwa NU memiliki modal keilmuan yang sangat besar, bukan hanya dari pesantren, tetapi juga dari para kader yang menempuh pendidikan umum.
Ia menyebutkan bahwa banyak kiai mulai mengarahkan anak-anaknya belajar di bidang teknologi, ekonomi, kesehatan, dan disiplin lain di luar ilmu agama.
Menurutnya, itu adalah isyarat bahwa NU harus membuka ruang lebih luas bagi pengembangan ilmu pengetahuan modern.
“Para kiai sudah merintis jalan itu. Kalau tidak dimanfaatkan, berarti kita tidak bersyukur atas nikmat ini,” tegasnya.
“Pengkhidmatan sekarang tidak cukup hanya sebatas bimbingan keagamaan. Kebutuhan masyarakat sangat banyak, dan NU harus merekrut kader dari berbagai bidang ilmu.”
Ia juga menyoroti rendahnya pemanfaatan hasil riset ilmiah para kader NU karena minimnya dukungan pendanaan.
Padahal, menurutnya, ilmu yang tidak diamalkan akan kehilangan makna. Dari sinilah Muktamar Ilmu Pengetahuan dihadirkan sebagai ruang silaturahmi intelektual bagi kader NU lintas disiplin.
“Banyak sekali pakar ilmu pengetahuan di NU. Pemerintah pun tidak selalu mampu mendanai riset mereka. Maka forum ini menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan yang meskipun ahli di bidangnya tetap memiliki ikatan emosional dan genealogis dengan NU,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah, KH Abdul Ghaffar Rozin, menegaskan bahwa Muktamar Ilmu Pengetahuan ke-3 ini merupakan upaya memperluas cakrawala diskursus keilmuan NU.









