Menurutnya, NU selama ini dikenal memiliki tradisi intelektual kuat dalam fikih, tafsir, tasawuf, dan kajian keagamaan. Namun, kebutuhan umat kini mengharuskan NU hadir lebih aktif dalam bidang sains, teknologi, pangan, ekonomi, dan ekologi.
“Ini pelengkap tradisi pemikiran NU. Kita mencoba membahas hal-hal yang selama ini berada di luar arus utama, terutama yang berkaitan dengan hajat hidup umat seperti teknologi, pangan, dan kemandirian ekonomi,” ujar Gus Rozin.
Ia menilai pemikiran Gus Dur sangat relevan dengan situasi sekarang. Gus Dur, katanya, adalah tokoh yang menempatkan masyarakat sipil sebagai fondasi kemajuan bangsa.
Ia tidak hanya seorang kiai dan pemikir Islam, tetapi juga pemikir sosial dan demokrat yang membela kelompok lemah.
Ada satu kata kunci penting dalam muktamar ini, yaitu pentingnya menghidupkan kembali semangat civil society yang berbasis ilmu pengetahuan.
Bagi Gus Rozin, sains dan teknologi yang berpihak kepada masyarakat adalah bagian dari napas gerakan NU yang harus terus dijaga.
“NU telah banyak menyumbangkan kader menjadi pejabat negara menteri, gubernur, bupati, rektor, dan lain-lain. Tetapi spirit dasar NU, yakni keberpihakan kepada masyarakat bawah, tidak boleh ditinggalkan,” tegasnya. []









