DME gantikan LPG karena dianggap mampu mengurangi tekanan fiskal terhadap APBN yang terkuras untuk mengimpor LPG.
BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo meletakkan batu pertama proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/01/2022).
Dalam sambutannya, Presiden menyebut pentingnya DME yang digadang-gadang akan efektif menggantikan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
LPG hari ini dianggap masalah lantaran memberi tekanan fiskal terhadap APBN. Sepanjang 2021, ada 9,51 juta ton elpiji yang beredar secara nasional. Dari jumlah tersebut, sebanyak 80 persen atau 7,54 juta ton di antaranya merupakan impor.
Jika tidak diimbangi dengan pemanfaatan energi alternatif, diprediksi impor LPG akan terus melambung sejurus meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Angka impor LPG bahkan bisa mencapai 10,01 juta ton untuk penuhi kebutuhan 11,98 juta ton pada tahun 2024 esok.
“Saya berkali-kali sampaikan mengenai pentingnya mengurangi impor sejak enam tahun yang lalu. Alhamdulillah bisa kita mulai hari ini, groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi DME,” ungkap Presiden.
Namun, apakah DME benar-benar layak mengganti LPG?
Dalam studi yang dilakukan Balitbang Kementerian ESDM RI sejak 2009, DME disebut memiliki karakteristik yang mirip dengan komponen LPG, yakni terdiri atas propan dan butana.
DME adalah senyawa bening yang tidak berwarna, ramah lingkungan, tidak beracun, tidak merusak ozon, tidak menghasilkan particulate matter (PM) dan NOx, tidak mengandung sulfur, mempunyai nyala api biru, memiliki berat jenis 0,74 pada 60/60oF.
DME pada kondisi ruang yaitu 250C dan 1 atm berupa senyawa stabil berbentuk uap dengan tekanan uap jenuh sebesar 120 psig (8,16 atm). DME ini mempunyai kesetaraan energi dengan LPG berkisar 1,56-1,76 dengan nilai kalor DME sebesar 30,5 dan LPG 50,56 MJ/kg.
Pada awalnya DME digunakan sebagai sebagai solvent, aerosol propellant, dan refrigerant. Namun saat ini, DME sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, rumah tangga, dan genset.
Secara ringkas, Balitbang Kementerian ESDM menyimpulkan penanganan DME dapat diterapkan sesuai LPG.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk melakukan hilirisasi industri DME. Kita punya bahan baku [DME] banyak sekali, gede sekali, kita malah impor elpiji Rp80-an triliun setiap tahun. Terlalu nyaman kita ini, terlalu enak kita ini,” kata Presiden Jokowi.