BARISAN.CO – Pulau Pasir yang berjarak sekitar 120 km sisi selatan Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur sempat membuat heboh jagad maya baru-baru ini. Pulau yang terletak sejauh 320 kilometer dari pantai Barat-Utara Australia ini sempat menjadi rebutan antara Indonesia dan Australia.
Pulau Pasir yang juga disebut bagian Ashmore Reef & Cartier Island ini meliputi pulau berpasir, berkarang, dan ditutupi oleh rumput. Gugusan pulau-pulau kecil ini tak berpenghuni.
Sejatinya bagi warga Indonesia, Pulau Pasir adalah tempat istirahat para nelayan tradisional kala mencari ikan. Di mana pelaut pada masa kolonial kerap mencari ikan hingga ke daratan Broome, Australia.
Mengingat jaraknya yang dekat dari Pulau Rote, tak heran jika di Pulau Pasir terdapat banyak makam leluhur penghuni Pulau Rote. Di pulau ini juga banyak ditemui artefak-artefak yang berkaitan dengan Pulau Rote.
Australia mentolerir kedatangan para nelayan tradisional tersebut. Belakangan, sikap Australia yang terkesan dingin dan melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di kawasan Pulau Pasir. Hal ini membuat pemegang Mandat Hak Ulayat Masyarakat Adat Laut Timor, Ferdi Tanoni geram.
Sejarah Pulau Pasir
Pertama kali Pulau Pasir ditemukan oleh Samuel Ashmore pada 1811. Berkat penemuannya ini, wilayah tersebut kini disebut dengan nama penemunya, yakni Ashmore Reef.
Empat puluh tahun berikutnya, sekitar 1850-an, wilayah sekitaran Pulau Pasir dijadikan sebagai tempat menangkap ikan paus. Kala itu, pihak yang meluncurkan perburuan tersebut adalah kapal-kapal dari Amerika.
Mulai dari tahun tersebut hingga 1900-an, Pulau Pasir di sebelah baratnya dijadikan sebagai tempat penambangan. Di sana, ternyata ada sumber daya berupa fosfat.
Pada 1933, Pulau tersebut disahkan sebagai wilayah kekuasaan Inggris berdasarkan Ashmore an Cartier Acceptance Act. Sembilan tahun kemudian, 1942, wilayah ini diserahkan kedaulatannya kepada Negara Bagian Australia Barat.
Potensi Minyak dan Gas
Pulau Pasir beserta kawasan di sekitarnya diperkirakan memiliki kandungan minyak dan gas bumi (migas) cukup besar. Imbasnya, ada eksplorasi migas di lokasi tersebut.
Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) bersama dengan Pusat Penelitian Jubilee Australia pada September 2022 mendesak pemerintah Australia segera menghentikan pengeboran minyak dan gas di perairan gugusan Pulau Pasir.
Mereka mengkhawatirkan insiden seperti tahun 2009 kembali berulang. Saat itu kilang minyak Montara meledak, sehingga merusak budi daya ratusan hektare rumput laut nelayan dan sebabkan tangkapan ikan menurun. Sejumlah nelayan anak-anaknya luka-luka, dan bahkan ada korban meninggal dunia akibat terlalu sering terkena minyak yang mengalir hingga ke perairan NTT itu.