BARISAN.CO – Hamparan laut yang siang hari tampak elok kebiruan telah berubah pekat dibungkus gelap. Dari kejauhan hanya tampak kedap kedip cahaya lampu dari kapal dan perahu yang melintas di perairan selat Bali-Banyuwangi. Aktivitas bongkar muat yang sepanjang hari menyibukkan Pelabuhan Boom Banyuwangi kini perlahan sepi. Kumandang azan Magrib dari masjid dan musola mengomandoi semesta beristirahat di malam Jumat (27/5/2022). Ramai mulai menyingkir. Lampu pelabuhan menerangi setiap langkah kaki tiga awak dan seorang penumpang KM Zinade Ekspres menuju kapal. Mereka segera berangkat menuju Pulau Sapeken.
Ali Wafa, pemilik sekaligus nahkoda KM Zidane Ekpres menghubungi kerabatnya melalui sambungan telepon, Doel, sebelum berangkat meninggalkan Bumi Blambangan. Dia meminta dibelikan tiga bungkus nasi dan terang bulan atau martabak manis untuknya makan malam bersama dua ABK KM Zinade Ekspres. Sayangnya pesanan yang tersedia hanya nasi bungkus. Sementara terang bulan tak bisa dikabulkan Doel karena penjualnya libur jualan.
“Ooo kalau itu penjualnya memang lagi pulang ke Makassar,” ujar Ali Wafa. Doel tak mencari terang bulan ke tempat lain yang jauh dari pelabuhan karena sebelumnya Ali Wafa bilang bahwa mereka sebentar lagi akan berangkat.
Waktu keberangkatan pun tiba. Pukul 20.00 lebih beberapa menit. Seluruh muatan yang sebagian besar terdiri dari sembako dan bahan bangunan telah tertata rapi di dalam kapal kayu berukuran panjang sekitar 23 meter dan lebar 4,5 meter tersebut. Seperti umumnya kapal dari Kepulauan Sapeken, kapal GT26 itu memang rutin membawa jenis muatan seperti itu dari Banyuwangi, setelah sebelumnya memuat ikan segar dari Sapeken. Ali Wafa bersama dua orang ABK telah mempersiapkan keberangkatan. Mulai siaga di ruang kemudi, bersiap menghidupkan mesin, hingga menggulung tali. Seorang kuli di Pelabuhan Boom pun membantu melepaskan tali penambat kapal. Dalam hitungan menit, KM Zidane Ekspres pun melaju menyebrangi samudra. Membelah malam yang semakin dingin. Cuaca dan ombak tampak bersahabat mengantar para lelaki tangguh ke pulau mereka. Suara mesin, nyanyian angin, dan hentakan laut ke badan kapal mencipta irama yang mengiringi perjalanan panjang sekitar 18 hingga 20 jam ke depan.
Kecuali seorang penumpang yang akrab disapa Aa, Ali Wafa bersama dua ABK Zidane Ekspres menyantap makanan mereka setelah kapal meninggalkan Pelabuhan Boom beberapa saat. Aa sebelumnya memang diingatkan pria yang mengantarnya ke pelabuhan agar jangan makan malam saat kapal melaju karena khawatir mabuk laut. Sebab, inilah kali pertama pria asal Banyuwangi itu merasakan bepergian menggunakan kapal laut. Selepas makan, Ali Wafa bersama dua ABK KM Zidane Ekspres bergantian mengemudi. Sedangkan, Aa tidur berbantalkan tas miliknya di kamar yang berada di area ruangan kemudi kapal. Malam Jumat yang dingin menyimpan kenangan perjalanan empat anak manusia. Kapal yang catnya mulai mengelupas di beberapa bagian itu tampak gagah membelah setiap lapisan ombak di depannya. Membawa takdir yang Allah gariskan untuk secuil dari seluruh isi semesta.
Malam yang terasa makin panjang akhirnya berhenti di tepian fajar. Kapal terus melaju menyambut pagi di tengah luasnya samudra. Udara segar membugarkan raga dan rasa. Ali Wafa bersama ABK melaksanakan rutinitas permulaan hari mereka. Mulai sholat Subuh, mempersiapkan sarapan di dapur yang terdapat di bagian belakang, hingga memompa air yang masuk ke dalam kapal dengan cara manual. Sampai akhirnya jarum waktu yang terus berputar mengantar KM Zidane Ekspres pada akhir riwayatnya.