Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum yang dapat meningkatkan wawasan kritis masyarakat, khususnya pelaku pariwisata untuk lebih peduli pada penyediaan fasilitas maupun aspek kenyamanan bagi orang dengan disabilitas maupun ragam identitas lainnya.
Hal serupa disampaikan oleh Ferena Debineva, Founder Support Group and Resource Center on Sexuality Studies Universitas Indonesia, dalam sesi webinar Pekan Raya Pariwisata, Selasa (27/09/2022).
“Penting bagi industri untuk secara terbuka dan berbesar hati melihat bahwa penyediaan sarana fisik dan non-fisik di suatu destinasi wisata untuk disabilitas maupun orang berbeda identitas adalah investasi jangka panjang,” jelasnya. Dengan demikian, lingkungan pariwisata yang inklusif dapat tercapai sesuai dengan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) dengan bertujuan pembangunan berkelanjutan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, bukan hanya di Indonesia namun juga dunia,” pungkas Natasya. [Luk]