Scroll untuk baca artikel
Kolom

Simbol Keberpihakan, Gubernur Menginap di Wadas Purworejo

Redaksi
×

Simbol Keberpihakan, Gubernur Menginap di Wadas Purworejo

Sebarkan artikel ini

Sementara itu, Budhe Sum, pemilik rumah yang diinapi Gubernur itu ternyata juga bermimpi. Seperti kata Hypnos, ia didatangi dewa mimpi lokal. Ia sendiri tak tahu siapa dewa itu.

“Bukankah warga Wadas sudah bisa bertani dengan lahan yang subur?” tanya sang dewa.

Budhe Sum membenarkan. Maka dewa mimpi lokal itu menghadirkan mimpi yang indah baginya.

Pagi-pagi ketika ayam jantan berkokok, warga sudah berbondong menuju sawah. Ada yang membawa cangkul, sabit, bahkan tak bawa apa-apa.

Mimpi Budhe Sum menjadi tidak istimewa karena sama persis dengan kenyataan sehari-hari. Namanya juga dewa lokal, memberi mimpi juga lebih realistis.

Pada detik yang sama, Gubernur terbangun dari tidurnya. Budhe Sum juga. Hypnos dan dewa mimpi kualitas lokal itu kaget. Apalagi ketika itu Hypnos tengah memberi adegan klunthing menglunthing melalui orang kepercayaan Gubernur.

Sementara Budhe Sum tengah bermimpi dengan adegan dikejar polisi karena menolak tambang itu.

Saat genting itulah, muncul sosok bayang-bayang yang terbang diatas desa Wadas.

“Begitulah hidup, berada di tempat yang sama dengan permasalahan yang sama, namun sanggup menghadirkan mimpi berbeda,” katanya.

Sambil terus terbang ia berkata lagi.

“Seorang pemimpin akan selalu melihat ke bawah. Seorang pemimpi akan selalu melihat ke atas. Maka terkutuklah kalian yang memiliki mimpi untuk keuntungan sendiri dan mengaku sebagai pemimpin,” lalu bayang-bayang itu menghilang.

Hujan tak turun dan AC minta diservis sehingga terasa gerah. “Lha kalau mimpi tentang mimpi orang lain macam aku barusan berarti apa ya?” keluhku sambil mengelus Rambutan, kucing kembang asem yang selalu ikut tidur di kamar. [Luk]