Secara blak-blakkan, Ferry mengemukakan, apa yang dia pahami dengan apa yang diterima kebanyakan masyarakat Indonesia dari Mardigu sangatlah berbeda.
Pertama-tama, Ferry menelusuri sumber asal pemahaman China pernah menggunakan dua mata uang, yang akhirnya dia menemukan dari banyak video, Mardigu salah satu yang membahasnya dan salah satunya di podcast Akbar Faizal.
Hal pertama yang dikoreksi Ferry adalah soal Tianament Papers, buku itu bukan dibuat tahun 1989, melainkan 2001.
“Buku itu sendiri dilarang peredarannya di China karena buku itu sama sekali tidak berbicara soal chicklit meeting of China seperti yang pak Mardigu bilang ga ada tagline yang seperti itu. Buku itu menceritakan soal masalah sosial, kemanusiaan, dan politik yang terjadi di daerah Tiananmen itu sendiri, yang mana terjadi pelanggaran HAM di situ dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Konteksnya saja sudah salah, Ferry bingung kenapa Mardigu menyebutkan buku ini saat mau menjelaskan soal bagaimana China mau melakukan pembangunan karena begitu berbeda. Ferry kemudian menyebut, hal yang disampaikan Mardigu soal Tianament Papers ibarat belajar bahasa Indonesia, tapi malah dikasih referensi buku Fisika.
Di sini juga ada satu yang ganjil sebenarnya dan perlu diluruskan juga, ujar Ferry. Menurutnya, Nixon ketika melepas Bretton Woods itu didasari dengan keadaan Amerika saat itu, tidak sederhana, dan bisa buktikan Hudson Institute.
“Yang terjadi di Amerika saat itu adalah stagflasi yang dipengaruhi oleh perang Vietnam, jatuhnya pasar modal, dan lain sebagainya, sehingga pengangguran terus meningkat, sementara, pertumbuhan ekonomi tidak bertumbuh. Kondisi inilah yang membuat Nixon berani mengambil suatu tindakan ekstrem yaitu tidak lagi menggunakan emas sebagai acuan dari dolar AS karena setiap ada capital outflow, maka harus ada emas yang masuk,” tegasnya.
Dia menegaskan, saking banyaknya uang yang berputar, emas itu tidak lagi cukup, maka Nixon mengambil tindakan berani itu dengan harapan hal ini dapat menyembuhkan AS dari stagflasi. Namun, kenyataannya itu tidak terlalu efektif sampai akhirnya Reagan melalui Reagenomics-nya berangsur-angsur memulihkan kondisi ekonomi Amerika saat itu, papar Ferry.
“Dengan meruntuhkan Bretton Woods ini apakah Nixon berhasil? Faktanya tidak, butuh 10 tahun setelahnya baru kondisi ekonomi Amerika membaik. Itu pun karena privatisasi yang dilakukan Ronald Reagan, yang mana bahkan dia melakukan tax cuts, perlahan ekonomi AS mulai pulih setelah dihantam staglasi,” tambah Ferry.
Kekeliruan selanjutnya adalah Cina itu tidak pernah menggunakan dua mata uang dari dulu sampai sekarang, mata uangnya bernama Renmimbi, lalu Yuan itu adalah satuan mata uangnya, lanjutnya.