Scroll untuk baca artikel
Terkini

Standar Ganda Media Barat atas Invansi Rusia

Redaksi
×

Standar Ganda Media Barat atas Invansi Rusia

Sebarkan artikel ini

Sedangkan, mengutip Brookings, Ukraina menyatakan mereka pertama-tama akan mengizinkan perempuan dan anak-anak menggunakan kereta api dan transportasi ke luar negeri untuk melarikan diri dari invansi Rusia. Namun yang terlihat, perempuan dan anak-anak itu berasal dari Ukraina dan Eropa. Sebab, orang kulit hitam mendapat dorongan hingga keluar dari kereta. Dan pengemudi kulit hitam ditegur dan dihentikan oleh orang Ukraina saat mencoba melarikan diri. Lebih gilanya lagi, ada laporan tentang hewan yang mendapat izin naik kereta daripada orang Afrika.

Komentar dari pejabat dan jurnalis yang meliput konflik di Ukraina seperti di atas mengungkapkan bias rasial mendalam.

Pahlawan vs Teroris


Media Barat seperti The New York Post kala memberitakan warga sipil Ukraina yang membuat bom molotov untuk membela negaranya, media sebut sebagai pahlawan atau pejuang kemerdekaan. Hal itu terbalik, saat Palestina melawan Israel justru mereka mendapat label teroris di saat mereka mempertahankan tanahnya.

Kemunafikan seperti itu menunjukkan betapa gigihnya supremasi kulit putih dalam wacana media sebagai arus utama.

Selama bertahun-tahun, orang-orang Palestina dan pendukungnya menyerukan boikot budaya Israel dengan tanggapan beragam. Akan tetapi, boikot budaya Rusia malah cepat terjadi dari sejumlah badan olahraga dan budaya internasional yang membatalkan acara serta kemitraan di seluruh dunia. Ini menjadi kontradiksi. Bahwasanya memboikot negara yang tertuduh melanggar hukum internasional bukan mekanisme efektif meminta pertanggungjawaban, melainkan kewajiban moral asalkan negara itu bukan Israel.

Kenyataannya, dunia ini selalu penuh dengan standar ganda, inkonsistensi, empati selektif, serta kemunafikan. Sejak 1948, Palestina harus mengemis, berdarah-darah, dan meregang nyawa agar kemanusiaan dan hak untuk melawannya mendapat pengakuan. Palestina dituntut untuk berdialog dan bersabar hidup di bawah pendudukan militer yang biadab dan terus meluas. Namun, Barat seakan mengabaikannya.

Meski belum lama terjadi, invansi Rusia ke Ukraina, Barat dengan tegas ingin mengangkat senjata untuk membela Ukraina. Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss mengatakan, dia mendukung individu dari Inggris yang mungkin ingin pergi ke Ukraina untuk berperang bergabung dengan pasukan internasional , meski ini ilegal. Namun, pernyataan itu, belum sama sekali terdengar saat jutaan rakyat Palestina menjadi korban atas kekejaman Israel selama bertahun-tahun.

Sembari berdoa dan berharap invansi berakhir, ada banyak pekerjaan untuk memastikan setiap manusia memiliki akses setara dalam memperoleh hak sipil dan martabatnya selama konflik berlangsung. [rif]