“Gapapa, orang berpendapat berbeda, kita demokratis saja. Kalau nanti, dia misalnya marah-marah, mengintimidasi, DM, dan sebagainya, cuekin saja. Tidak perlu ditanggapi,”Tatak Ujiyati
BARISAN.CO – Cuitan anggota Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) bidang hukum dan pencegahan korupsi, Tatak Ujiyati sering kali mendapat respon negatif. Namun, Tatak mengaku, selama ini dia menungkan pemikirannya melalui Twitter dan media sosial lainnya.
Menurutnya, perbedaan pendapat adalah hal yang biasa.
“Gapapa, orang berpendapat berbeda, kita demokratis saja. Kalau nanti, dia misalnya marah-marah, mengintimidasi, DM, dan sebagainya, cuekin saja. Tidak perlu ditanggapi,” kata Tatak pada Barisanco, Rabu (14/9/2022).
Dia menyampaikan, tak ada gunanya untuk bertengkar. Isu terakhir yang ramai diperbincangkan di Twitter yaitu soal Jakarta International Stadium (JIS) yang menurut Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), parkirannya sedikit.
Namun, Tatak mengungkapkan, itu dilakukan agar Jakarta menjadi kota masa depan, yang mana masyarakat datang dan pergi dengan menggunakan angkutan umum
“PSSI melihatnya sebagai masalah, aku bilang gapapa ini cuma perbedaan visi aja, ga pakai JIS juga gapapa kan? Karena perbedaan visi,” jelas Tatak.
Saat ini, permasalahan kota besar di dunia seputar kemacetan dan kualitas udara. Bahkan, di tahun 2011 silam, Ketua Ford Motor Company, Bill Ford sudah merasa khawatir dengan meningkatnya penjualan kendaraan karena akan menghadapi kemacetan global. Bagi Bill, membangun mobil pintar saja tidak cukup, namun perlu jalan, parkir, dan sistem transportasi yang cerdas agar dapat memperoleh kebebasan bergerak (freedom to movement). Dengan terbatasnya parkiran di JIS setidaknya ini bisa mengurangi permasalahan di Jakarta.
Beberapa netizen bahkan tak sungkan menghinanya, Tatak tak merasa sakit hati sama sekali.
“Orang ngatain kita bodoh, pemborosan APBD ya ga masalah, itu pendapat dia. Yang penting kita ga merasa seperti apa yang dia katakan,” ujarnya.
Dia menambahkan, konflik hanya akan terjadi apabila aksi dibalas reaksi, begitu pun seterusnya
“Kita tahulah di medsos konfliknya itu sampai orang pukul-pukulan beneran. Ngajak ketemu, ada yang seperti itu,” tambahnya.
Namun, Tatak menganggap, apabila saat komen negatif tidak direspon, maka konflik tidak akan terjadi.
“Dia punya kebebasan berpendapat dan kita juga punya kebebasan berpendapat. Kalau ada yang suka sama komen kita gapapa, orang suka dengan komen dia boleh aja,” tegasnya.
Dia menyimpulkan, poin utama dari negara demokrasi adalah jangan takut berpendapat dan menghargai pendapat orang lain.
“Tidak perlu melawan, biarkan publik yang menilai, mana benar, mana salah,” pungkasnya. [rif]