Tesla bukan satu-satunya perusahaan di Amerika Serikat yang menentang pekerja berserikat. Dewan Hubungan Perburuhan Nasional AS memiliki bukti bahwa Apple menggunakan taktik anti serikat pekerja untuk mencoba menghentikan serikat pekerja termasuk menginterogasi dan memaksa karyawan.
Amazon secara ilegal mengancam akan menahan gaji serta tunjangan dari pekerja di dua gudang di New York City jika memimilih untuk berserikat.
Tapi apa alasan banyak perusahaan besar menentang serikat pekerja?
Serikat pekerja adalah kelompok terorganisir yang bertujuan melindungi dan memajukan hak dan kepentingan pekerja melalui perundingan bersama untuk upah, jam kerja, dan kondisi kerja yang lebih baik.
Di antara banyak manfaat bagi karyawan, serikat pekerja membantu pekerja mengajukan pengaduan terhadap majikan dan bahkan mensubsidi biaya hukum dalam kasus diskriminasi dan pemutusan kerja yang salah. Selain itu, ini juga dapat menyadarkan politisi tentang masalah yang dihadapi pekerja.
Perusahaan memiliki alergi total terhadap serikat pekerja, kata mantan anggota Dewan Hubungan Perburuhan Nasional, Wilma Liebman kepada Insider.
Wilma menyebut, perusahaan tidak ingin organisasi luar mengganggu otonominya atau kemampuan mereka untuk bertindak secara sepihak. Perusahaan disebut-sebut juga takut jika serikat pekerja akan merugikan lebih dari yang mampu mereka bayar.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja memperoleh penghasilan mingguan rata-rata 17 persen lebih banyak dari yang diperoleh pekerja non-serikat.
Studi tahun 2018 “Unions and Inequality Over the Twentieth Century: New Evidence from Survey Data” menemukan, memperluas keanggotaan serikat kemungkinan akan mengurangi ketimpangan pendapatan.
Ada beragam taktik yang dilakukan perusahaan untuk mengubah keputusan karyawan untuk menentang serikat pekerja. Namun, tergabung dalam serikat pekerja merupakan hak karyawan.