Tantangan Asia Tenggara di Kancah Global
Ketua PIEC, Pipip A. Rifai Hasan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya peran Asia Tenggara dalam membangun platform kerja sama politik yang kuat di tingkat global. Menurutnya, pluralitas budaya, agama, dan sumber daya alam justru menjadi tantangan tersendiri dalam membangun visi politik yang bersatu.
“Di Eropa, Kekristenan seringkali menjadi faktor pemersatu dalam membangun kekuatan politik bersama. Sebaliknya, Asia Tenggara begitu plural, baik dari segi budaya, agama, hingga sumber daya alam. Hal ini membuat kerja sama politik di kawasan ini lebih kompleks dan belum mampu membentuk satu kekuatan politik yang berpengaruh di dunia internasional,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti tren otoritarianisme yang meningkat di berbagai negara Asia Tenggara. Ia mencontohkan situasi di Filipina, di mana putra mantan Presiden Rodrigo Duterte mengancam akan membunuh presiden saat ini, serta di Thailand, di mana militer tetap menjadi aktor dominan dalam pemerintahan.
“Perkembangan ini harus menjadi perhatian bersama, karena jika tidak diantisipasi, kemajuan yang dicapai negara-negara Asia Tenggara dalam demokrasi dapat terancam oleh meningkatnya kecenderungan otoritarianisme,” tambah Pipip.
Sebagai Direktur PIEC, Pipip menegaskan perlunya strategi yang lebih solid bagi negara-negara Asia Tenggara agar tidak hanya membangun kerja sama ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi politik mereka di panggung internasional.
Upaya ini diharapkan dapat menjadikan kawasan ini lebih berpengaruh dalam menentukan arah politik global di masa depan. []