Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

20 Tahun Mendatang, Tambang Batu Bara Jadi Aset Terlantar

Redaksi
×

20 Tahun Mendatang, Tambang Batu Bara Jadi Aset Terlantar

Sebarkan artikel ini

Mengikuti jalur keberlanjutan menghasilkan sepertiga tambang batu bara saat ini menjadi aset terlantar pada tahun 2040. Itu berarti aset tersebut secara ekonomi tidak layak sebelum masa operasinya berakhir dan harus dihentikan.

Hal ini akan menyebabkan negara produsen kehilangan pendapatan ekspor yang vital dan pekerjaan perdagangan internasional menyusut. Bahkan, diperkirakan, Australia bisa kehilangan US$25 miliar per tahun dalam skenario tersebut. Selain itu, secara global, 2,2 juta pekerjaan bisa terancam.

Namun, penulis menyampaikan, kerugian ini bisa dihindari jika lembaga keuangan dan pemerintah bersiap atas perubahan tersebut. Dapat mencakup divestasi awal dari batu bara dalam pengembangan di masa depan dan membiayai pelatihan ulang pekerja batu bara.

Peneliti utama dari Pusat Kebijakan Lingkungan di Imperial, Dr Iain Staffel mengatakan, bukan berarti semua investasi batu bara baru tidak akan menguntungkan.

“Tetapi, investor harus hati-hati menilai keuangan dengan baik serta risiko reputasi dan lingkungan saat mengejar proyek pertambangan batu bara baru,” katanya.

Dunia melihat ada manfaat ekonomi besar dari penghentian batu bara secara bertahap. Secara keseluruhan, para peneliti memperkirakan, jalur berkelanjutan memberikan penghematan bersih global per tahun pada 2040 dari pengurangan biaya transportasi batu bara di atas penghematan ekonomi dari pengurangan polusi dan konsekuensi kesehatan.

Para peneliti menggarisbawahi, semakin lama dunia menunggu menghapus batu bara, semakin ekstrem langkah mengurangi emisi karbon. Itu mengarah ke lebih banyak aset terlantar dan kehilangan pekerjaan dalam jangka panjang.

Iain menambahkan, bisnis memiliki jendela kesempatan terbatas untuk keluar.

“Kita harus membangun ketahanan manusia dan finansial agar pekerja tidak merugi dan melakukan transisi batu bara agar dunia merdeka lebih mudah,” tambahnya.

Dia melanjutkan, kerugian finansial dan pekerjaan kecil dalam skala global, tetapi akan sangat terkonsentrasi pada pertambangan akan membuat negara berkembang seperti Indonesia akan menderita.

Oleh karenanya, dia menyarankan, agar transisi dikelola dengan hati-hati.

“Ketika kehilangan ekonomi dan pekerjaan mulai terjadi, itu akan terlambat. Kita harus mulai mempersiapkan perubahan sekarang,” lanjut Iain.

Penambangan dan konsumsi batu bara sedang dihapus dengan cepat di banyak negara Barat. Belgia, Austria, dan Swedia akan segera bergabung dengan 12 negara yang berencana menghentikan penggunaan batu bara total selambat-selambatnya tahun 2030. Sedangkan, Kanada, Polandia, Ukraina berkomitmen menghentikan pembangkit listrik batu bara paling lambat pada 2040.