Scroll untuk baca artikel
Blog

Omong Kosong Usia Ideal untuk Menikah

Redaksi
×

Omong Kosong Usia Ideal untuk Menikah

Sebarkan artikel ini

Di masyarakat kita, sering muncul pertanyaan “Kapan nikah?” Tak semua orang menerima pertanyaan itu. Terutama di era modern saat ini. Usia ideal untuk menikah adalah jebakan yang diciptakan karena kenyataannya beberapa orang terjebak dalam pernikahan yang menyakitkan. Siapa yang menanggung? Orang itu sendiri.

Bahkan orang sekitar termasuk keluarga tak jarang memberikan tekanan agar segera menikah dengan cara mempermalukan orang itu. Misalnya dengan membandingkan seseorang yang belum menikah dengan orang yang telah menikah.

Akan tetapi, ketika perpisahan menjadi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri, orang sekitar malah menggunjing. Kita dituduh ingin hidup bebas dan gagal dalam mempertahankan rumah tangga. Padahal, semua upaya telah dilakukan. Namun, jika itu tetap dilanjutkan hanya akan menjadi bencana bagi hidupnya.

Meski banyak pernyataan soal usia ideal untuk menikah, itu hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang. Kenyataannya, beberapa orang masih belum menemukan pasangan yang tepat untuk memantapkan diri melangkah ke bangku pelaminan.

Menikah membutuhkan banyak persiapan termasuk kesiapan mental. Di usia-usia yang telah ditetapkan oleh masyarakat sebagai batas ideal menikah khususnya bagi perempuan, belum tentu mereka telah siap untuk berkomitmen dengan calon pasangannya kelak.

Walaupun psikiater Amerika serta profesor Harvard Medical School, Robert Waldinger menyebut jika pernikahan bahagia dapat memberi efek perlindungan terhadap kesehatan mental, namun pernikahan yang tidak bahagia dapat membuat seseorang mengalami lebih banyak rasa sakit secara emosional maupun fisik.

Kita tentu mengharapkan pernikahan yang langgeng dan bahagia. Ikut campurnya orang-orang dengan mempertanyakan kapan waktu akan menikah juga bisa membuat banyak di antara kita terperosok ke dalam jurang pernikahan yang penuh duri.

Mulai kini, lebih bijaksana dalam menghormati keputusan orang lain. Biarkan mereka memutuskan waktu untuk menikah. Agar juga tidak menjadi penyebab hancurnya kehidupan orang lain atas keusilan dari pertanyaan kita sendiri. [YSN]