BARISAN.CO – Tak terasa, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) telah berusia lebih dari tiga dekade. Dengan tetap menjaga tiga pilar utama, yakni keislaman, keindonesiaan, serta kecendekiawanan, organisasi yang dicetuskan oleh mantan presiden B.J Habibie ini ikut berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara.
Seiring perjalanan, tak dipungkiri tantangan dan peluang datang silih berganti. Dan, menuju 100 tahun Indonesia merdeka, ICMI ingin terus menjadi penggerak di tengah keberagaman di tanah air.
Selain itu, dengan perkembangan IPTEK sekarang, mendorong ICMI untuk terus berbenah. Hal itu agar tidak tertinggal kereta pembangunan bangsa yang mengandalkan teknologi dan inovasi.
Dalam kesempatan webinar Forum Dialog Nusantara (FDN) bertema “Peran ICMI Menuju Indonesia Emas 2045”, wakil Ketua Umum ICMI, Dr. Ing. Ilham Habibie mengatakan pentingnya kolaborasi dalam perkembangan zaman dan juga melek teknologi.
Ilham menyampaikan hal itu agar ICMI dapat menjadi mitra sekaligus memberikan masukan strategis nan kritis bagi pemerintah.
“ICMI dalam kurun waktu tiga dekade mesti melahirkan calon pemimpin bangsa dari berbagai tingkatan, dekat dengan masyarakat, dan inspiratif dalam memberikan motivasi bagi kaum muda yang tak terelakkan telah memasuki era informasi teknologi digital yang tak terelakkan,” kata Ilham pada Rabu (17/11/2021).
Menuju Indonesia Emas 2045
Sebagaimana yang dicanangkan Presiden Jokowi dalam peluncuran Visi Indonesia 2045 yang disebut menjadi Indonesia Emas. Proyeksinya, ekonomi Indonesia tumbuh dengan rerata di atas 5%, PDB terbesar ke 5 dunia tahun 2045.
“Tingkat partisipasi angkatan kerja 2045, dan bebas kemiskinan akut tahun 2040 serta mendorong rasio gini diangka 0,34” lanjut Ilham.
Sesuai harapan Presiden Jokowi, maka Ilham Habibie mengajak kader ICMI untuk bahu membahu saling mendukung dalam kiprah membangun bangsa dengan menguasai IPTEK dan Inovasi.
Untuk mendukung program tersebut, lanjut Ilham, para kader ICMI agar bahu-membahu berkiprah demi membangun bangsa dengan menguasai IPTEK dan inovasi.
Sedangkan Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Prof. Kamaruddin Amin, menekankan pentingnya toleransi antar umat beragama dan sensitivitas dalam menghadapi globalisasi.
“Indonesia mesti dapat bersaing dan menghilangkan paham radikalisme . Tentu saja di era medsos yang tak terbatas, mestinya kita tidak termakan berita hoax yang dapat meretakan kesatuan hidup berbangsa,” tutur Komaruddin. [rif]