BARISAN.CO – Kesepian adalah emosi manusia yang kompleks dan unik bagi tiap individu. Secara umum, kondisi itu digambarkan sebagai keadaan seseorang merasa kosong, sendirian, dan tidak diinginkan.
Para ahli menyebut kesepian tidak berarti sendirian. Bisa jadi, seseorang sedang berkumpul dengan teman-temannya di sebuah tempat yang ramai, namun merasa asing dengan semuanya. Saat ini terjadi, maka saat merasa sendirian dan terisolasi, kesepian memainkan perannya dalam pikiran manusia.
Merasa kesepian berarti mengalami perasaan terputus, ditinggalkan, dan terisolasi secara menyakitkan. Orang-orang cenderung percaya tidak ada yang mengerti dan memahami mereka.
Banyak orang yang kesepian ingin berteman, namun merasa tidak mampu melakukannya. Alasan umumialah karena memiliki sedikit kepercayaan terhadap orang lain, kurangnya waktu, introversi, pemilih, takut akan penolakan, dan alasan pragmatis seperti kondisi kesehatan.
Mengutip Psychology Today, berdasarkan studi terbaru menunjukkan penggunaan strategi regulasi emosi dapat memprediksi kesepian. Secara khusus, taktik pengaturan emosi menjelaskan lebih dari setengah variasi dari kondisi itu.
Data menunjukkan seseorang yang cenderung menyembunyikan perasaan dan menekan ekspresi emosinya memiliki tingkat kesepian yang tinggi. Akan tetapi, mereka cenderung tidak mencari dukungan sosial dan menolak dukungan sosial yang ditawarkan.
Jadi, hasilnya berupa paradoks bahwasanya orang-orang yang sangat kesepian menginginkan koneksi sosial untuk memenuhi kebutuhan interpersonal yang tidak terpenuhi, namun sering meresponnya dengan emosi negatif dengan menekan ekspresi dan aktif menghindari kontak sosial. Dengan begitu, pola pengaturan emosi ini dapat melanggengkan keadaan sepi dan isolasi sosial.
Singkatnya, perbedaan cara orang mengatur emosi dapat menjelaskan latar belakang beberapa orang merasa lebih kesepian dari yang lainnya.
Meningkatnya rasa sepi berkorelasi dengan penggunaan yang lebih besar dari berbagai strategi regulasi emosi maladaptif, antara lain:
- Atribusi menyalahkan. Menanggapi pengalaman yang tidak menyenangkan dengan menyalahkan diri sendiri atau orang lain untuk bertanggungjawab.
- Catastropizing. Berfokus dan menekankan situasi yang mengerikan dan tak tertahankan.
- Penekanan ekspresif. Menyembunyikan perasaan seseorang dan mencegah ekspresi emosi.
- Menolak atau menarik diri. Mengindari situasi sosial sebagai cara untuk mengatasi emosi yang tidak nyaman.
- Perenungan. Memikirkan perasaan atau pikiran yang berhubungan dengan peristiwa yang tidak menyenangkan.
Selain itu juga, individu yang paling kesepian cenderung tidak menggunakan strategi penilaian ulang kognitif yaitu strategi memberikan makna positif pada peristiawa yang membuat stres atau menjengkelkan. Misalnya, melihat kejadian yang tidak menyenangkan sebagai pelajaran hidup amat berharga atau kesempatan untuk belajar untuk lebih kuat dan tangguh.
Di Amerika Serikat, kesepian membawa risiko kematian sebab dapat berdampak pada masalah kesehatan kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit arteri koroner. Menyangkalnya bisa sangat merugikan diri sendiri. Untuk itu orang-orang yang kesepian dapat mencari bantuan dengan menemui psikoterapi untuk terapi perilaku kognitif atau juga membaca buku berbasis bantuan diri sendiri.