BARISAN.CO – Di awal Desember 2021, JP Morgan merilis laporan bertajuk “Outlook 2022: Preparing for a Vibrant Cycle”, membagikan hasil analisa mereka mengenai prospek ekonomi di tahun 2022. Dalam laporan tersebut, perusahaan keuangan ini optimis di tahun depan akan terjadi pertumbuhan laba bersih emiten.
Dari sejumlah sektor yang berpeluang tumbuh, sektor keuangan dan teknologi masih menjadi unggulan. Oleh karena itu, dalam laporannya, JP Morgan merekomendasikan beli untuk saham BBRI, ARTO, BBNI, BUKA, dan EMTK.
Walaupun, di satu sisi, pemerintah sendiri tengah mewaspadai tingginya kenaikan tingkat inflasi sejumlah negara maju. Seperti, Amerika Serikat yang mengalami kenaikan inflasi mencapai 5,6 persen (y-o-y) pada Juli 2021, dikutip dari usinflationcalculator .
Sementara, di saat yang sama, Indonesia hanya mencatatkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1,52 persen.
Akses vaksin memang menjadikan beberapa negara maju mampu memulihkan perekonomiannya lebih cepat dibandingkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Akibat dari naiknya inflasi tersebut dapat menimbulkan imported inflation. Karenanya, Indonesia mesti mengantisipasi hal itu guna memitigasi risiko depresiasi.
Sinyal BI Menaikkan Suku Bunga Acuan
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia (BI) telah memberi sinyal hendak menaikkan suku bunga acuan BI, sebagaimana yang diumumkan Gubernur BI, Perry Warjiyo saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Rencananya, kenaikan suku bunga acuan tersebut akan dilakukan pada kuartal III 2022.
Memang, dalam teori International Fisher Effect dijelaskan bahwa suku bunga nominal berkorelasi dengan nilai tukar mata uang. Yakni, misalkan, suku bunga nominal domestik lebih tinggi daripada negata mitra dagang, maka ekspektasi nilai tukar mata uang domestik akan terdepresiasi terhadap mata uang negara mitra tersebut. Sehingga, kebijakan BI menaikkan suku bunga acuan dalam konteks ini akan menjaga arus keluar dana asing.
Kembali ke sektor keuangan sebagai unggulan investasi dan kemungkinan suku bunga yang berpotensi naik di tahun depan, menurut JP Morgan malah dapat menjadi berkah bagi sektor keuangan dan teknologi yang berpeluang dapat terkerek tumbuh. Sebab, dari sisi perbankan, naiknya suku bunga adalah keuntungan bagi mereka.
Sedangkan, tingginya transformasi digital di banyak sektor selama pandemi membuat saham sektor teknologi masih menjadi incaran oleh banyak investor.
Selama semester I 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sektor jasa keuangan dalam kondisi yang stabil, tercermin dari sejumlah indikator yang membaik, seperti penghimpunan dana di pasar modal dan terjaganya rasio kehati-hatian (prudensial) di lembaga jasa keuangan serta intermediasi perbankan.
Artinya, sektor keuangan, khususnya perbankan, baik konvensional maupun digital berpeluang lebih cepat pulih dibanding sektor yang lain. Bank digital misalnya, malah mampu menghimpun dana besar melalui skema right issue.
Optimisme Sektor Keuangan dan Teknologi Segera Pulih
BI pun memproyeksikan kredit perbankan dapat tumbuh lebih cepat pada tahun 2022 mendatang, dengan angka proyeksi pada kisaran 6 hingga 8 persen.
Lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan kredit di tahun 2021 yang berada di kisaran 4 sampai 6 persen. Selaras dengan itu, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 diperkirakan juga bakal berada di kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.
Selain itu, optimisme dua sektor ini bakal menjadi saham unggulan juga datang dari sejumlah perusahaan sekuritas. Misalnya, Pilarmas Sekuritas, Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dan Philip Sekuritas Indonesia memasukkan keuangan dan teknologi ke dalam sektor unggulan di 2022. [rif]