Scroll untuk baca artikel
Blog

Kematian Shireen Abu Akleh, Tamparan Keras Bagi Jurnalis Hari Ini

Redaksi
×

Kematian Shireen Abu Akleh, Tamparan Keras Bagi Jurnalis Hari Ini

Sebarkan artikel ini

“Mungkin tidak mudah untuk mengubah kenyataan, tapi setidaknya saya bisa mengomunikasikan suara mereka kepada dunia,” Shireen Abu Akleh (Jurnalis Al Jazeera)

BARISAN.CO – Koresponden perang bertugas untuk terus memberikan informasi kepada publik tentang isu seputar perang dan bagaimana hal itu memengaruhi orang-orang. Mereka sering kali bepergian ke luar negeri untuk mengamati, menyelidiki, dan berbicara dengan orang-orang yang berada di wilayah perang.

Koresponden perang modern pertama adalah William Howard Russell. Sebagai reporter muda di The Times, dia melaporkan konflik militer singkat anatra pasukan Prusia dan Denmark di Denmark pada tahun 1850.

Sejujurnya, William membenci istilah koresponden perang, namun berkat kepiawaiannya dalam meliput seputar konflik, justru membuatnya terkenal di dunia internasional. Pendiri keperawatan modern, Florence Nightingae pun memujinya atas laporannya di Krimea.

Kisah pada era itu hampir sama panjangnya dengan buku awal tentang perang. Dibutuhkan waktu berminggu-minggu dari ditulis hingga diterbitkan. Butuh ketelitian dan reportase mendalam dalam membuatnya.

Reputasinya yang baik untuk mendapatkan informasi membuat beberapa kalangan memasukan namanya ke dalam daftar hitam. Termasuk juga, komandan Inggris, Lord Raglan yang menyarankan perwiranya untuk menolak berbicara dengan reporter.

Pekerjaan ini membuat stres sacara emosional dan fisik. Begitu juga saat meliput, terluka, diculik, bahkan dibunuh menjadi risiko yang harus dihadapi. Ini juga yang terjadi pada Shireen Abu Akleh.

Berita kematiannya bergema. Namanya menjadi trending topik di Twitter dalam bahasa Arab pada hari Rabu lalu yang memicu media sosial dengan dukungan terhadap Palestina.

Pada Jumat pagi waktu setempat, Shireen dimakamkan di Yerusalem Timur. Ribuan warga Palestina turun ke jalan mengawal dan memberikan penghormatan terakhir bagi jurnalis yang dikenal sebagai sosok berani nan tangguh itu.

Shireen telah bergabung dengan Al Jazeera sejak tahun 1997. Liputannya tentang realitas kekerasan yang berlangsung di pendudukan Israel terkait erat dengan pengalamannya sebagai jurnalis garis depan di Palestina.

Kabar kematian Shireen seperti menampar wajah jurnalis. Meski, dianggap sebagai salah satu profesi yang paling tidak dipercaya, Shireen menjadi icon bahwa dia begitu amat dicintai.

Tahun lalu, Al Jazeera merilis video Shireen. Di situ dia mengingat skala kehancuran dan perasaan kematian yang terkadang sudah dekat selama liputannya tentang intifada kedua, dari tahun 2000 hingga 2005.

“Meski berbahaya, kami bertekad untuk melakukan pekerjaan itu,” kata Shireen dalam video tersebut.

Shireen menyebut, dia memilih jurnalistik agar bisa dekat dengan masyarakat.

“Mungkin tidak mudah untuk mengubah kenyataan, tapi setidaknya saya bisa mengomunikasikan suara mereka kepada dunia,” ungkap Shireen.

Meski, tahu pekerjaannya amat berisiko. Shireen menjalankannya dengan berani. Itu tugas jurnalis sebenarnya. Akan tetapi, wajah jurnalis hari ini tampak samar.

Bahkan, mereka ada yang hanya bertugas membuat berita bagus. Padahal, prinsipnya, “Bad News is Good News“. Artinya, kabar buruk adalah berita baik sedangkan kabar baik bukan berita, dan tidak ada berita artinya itu buruk.

Itu mengindikasikan, jurnalis perlu memberitakan kabar buruk dari berbagai instansi agar pimpinanannya mengambil tindakan dan segera mengatasi masalah tersebut. Itu seharusnya cara membuat berita yang bagus. Namun, apa yang terjadi. Segelintir jurnalis justru lebih sering menuliskan hal-hal yang baik setelah menerima beberapa lembar uang di dalam amplop.

Prinsip itu perlahan hilang. Saya sendiri enggan menjadi jurnalis karena menyadari betapa berbahayanya profesi itu. Bahkan, saat masih kuliah, saya menanamkan dalam kepala, “Saya masih muda, tak ingin mati muda”. Itulah, alasan di balik keengganan saya mengambil konsentrasi jurnalistik pada saat itu.