Opini

Rakyat Ugal Ugalan

Avatar
×

Rakyat Ugal Ugalan

Sebarkan artikel ini
rakyat ugal ugalan
Ilustrasi: Unsplash/Irgi Nur Fadil

Oleh : Suroto

BANYAK rakyat Indonesia yang tak paham soal utang negara itu seberapa berbahayanya jika sampai tak terbayar alias gagal bayar. Mereka tak mengira jika utang tak terbayar itu dapat berakibat pada urusan ekonomi dan hidup dan mati diri mereka.

Mereka yang tak paham tersebut menganggap enteng dengan mengatakan ” Ah, itu kan utang negara, bukan urusan kita. Toh yang membayar utang negara itu adalah pemerintah bukan saya”.

Mereka tak mengira jika negara tak sanggup membayar utang jatuh tempo itu bisa berakibat fatal yang dorong terjadinya masalah serius kebangkrutan suata negara dan bisa masuk menjadi negara gagal. Negara dan bangsa ini sepenuhnya akhirnya dapat terpuruk dan diatur oleh negara lain dan kita tak memiliki kedaulatan sama sekali.

Ekonomi yang ditopang oleh utang itu jika alami gagal bayar maka seluruh pengeluaran pemerintah yang diharapkan jadi stimulus bagi pergerakan ekonomi itu hanya habis difokuskan untuk membayar utang.

Pengeluaran pengeluaran rutin pemerintah dan pembangunan akan mandeg. Akibatnya akan membuat ekonomi masyarakat juga mandeg. Pengangguran meningkat, daya beli masyarkaat turun dan kemiskinan akan meningkat. Bahaya kelaparan akan menanti.

Sektor riil ekonomi masyarakat akan turut melambat, pemasukan dari pajak untuk biayai penyelenggaraan pemerintah juga menurun, dan bahkan cadangan devisa akan terancam habis dan kemungkinan besarnya hanya berfokus untuk pembiayaan bagi pemenuhan importasi pangan saja.

Jika tak dapat lakukan penjadwalan utang kepada pemberi utang maka negara akan berantakan. Apalagi jika utang tersebut lebih banyak ditopang oleh obligasi negara yang sudah jatuh tempo, sulit sekali untuk, dinegosiasikan.

Contoh paling riil adalah negara Sri Lanka saat ini. Negara dengan pendapatan menengah dan yang semua kebutuhan rakyatnya seperti sekolah, kesehatan dan dana pensiun rakyat dibayar negara itu saat ini terpuruk. Rakyat banyak yang hanya makan satu kali dan kemarahan timbul dimana mana sementara negara pemberi utangnya terutama China dan Jepang tak mau menjadwalkan utang mereka.

Kondisi utang negara kita sebetulnya saat ini sudah cukup memprihantinkan. Kondisinya bukan lagi gali lobang tutup lobang tapi gali lobang buat jurang. Artinya untuk membayar utang dan bunganya negara harus berutang.

Setiap tahun utang negara bukan turun tapi meningkat terus dan di masa pemerintahan Jokowi ini yang terjadi lonjakanya cukup drastis dan telah tembus di atas angka 7000 trilyun.

Diperkirakan banyak ekonom, jika pemerintahan Jokowi – Maruf Amin ini berjalan sampai 2024 maka akan mewariskan utang hingga 10.000 trilyun lebih. Setiap orang dan termasuk bayi yang akan lahir menanggung beban utang sebesar 36 juta rupiah lebih.

Padahal, ekonomi kita bukan hanya dalam kondisi alami defisit neraca pembayaran tapi juga dalam bayang bayang defisit neraca perdagangan. Tercatat dalam sejarah bahwa tahun 2018 misalnya, kita sempat juga alami defisit neraca perdagangan hingga $ US 8,57 milyar dolar atau 128 trilyun rupiah. Artinya apa yang kita import itu lebih banyak dari yang kita eksport. Sehingga turut menggerus devisa negara kita.