Empat jenis konsumen yang membeli barang palsu, yaitu dreamitators, face saver, smart fakers, dan fraudsters.
BARISAN.CO – Pada tahun 2018, pemalsuan adalah perusahaan kriminal terbesar di dunia. Penjualan barang palsu dan bajakan mencapai US$1,7 triliun per tahun. Angka itu jauh lebih besar daripada perdagangan narkoba dan manusia.
Pada tahun ini, diperkirakan akan tumbuh menjadi US$2,8 triliun. Cina umumnya mendominasi perdagangan global barang palsu.
Namun, ketersediaan selalu dipicu oleh permintaan. Banyak orang yang membeli barang palsu sehingga pasarnya semakin tumbuh.
Jam tangan, tas jinjing, hingga dompet bermerek sangat populer dengan produk imitasi. Penyebabnya lebih dimungkinkan karena harga yang jauh lebih murah menjadi pendorong mereka untuk membelinya.
Teknologi juga memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang mewah palsu pilihan mereka.
Melansir SCMP, terdapat empat jenis konsumen yang membeli barang palsu tersebut.
Dreamitators
Dreamitators (gabungan antara pemimpi dan peniru) yang paling dekat dengan stereotip pembeli palsu. Sebagian besarnya adalah pemuda kurang mapan untuk membeli barang bermerek seperti Louis Vuitton atau kacamata desainer dengan harapan meniru gaya dan prestise kelompok sosial dan pendapatan lebih tinggi.
Mereka mencari impian memiliki merek mewah untuk memberi mereka pengakuan instan dan meningkatkan statusnya di antara orang sekitarnya.
Barang palsu berkualitas buruk sering kali memberi mereka akses jalan pintas ke gaya hidup yang terinspirasi pada kemewahan.
Face saver
Umumnya adalah profesional muda yang membeli barang palsu untuk berbaur dan diterima oleh kelompok sosial mereka.
Tekanan teman sebaya atau konsep menyelamatkan muka memaksa kelompok ini mencari alternatif yang terjangkau.
Banyak yang menghargai nilai sosial dari merek mewah, tetapi barang palsu cukup bagi mereka.
Smart fakers
Adalah orang-orang yang sensitif terhadap harga dan sadar gaya. Pemalsu jenis ini memiliki lemari pakaian lengkap yang mencakup merek mewah asli.
Bagi smart fakers, berbelanja itu menyenangkan dan adanya kebutuhan mengikuti tren terkini saat mengekspresikan diri dalam konteks sosial yang berbeda, seperti tas untuk bekerja atau bersosialisasi dengan teman.
Pemalsu jenis ini sangat teliti dalam memilih barang palsu yang tepat. Barang tersebut tidak boleh palsu secara mencolok karena akan berdampak pada kredibilitas citra mereka.
Fraudsters
Merupakan konsumen berpenghasilan tinggi yang sebenarnya mampu membeli barang asli, namun bersedia membayar mahal untuk barang palsu bermutu tinggi.
Mereka berpikir desain dan kualitas bahan yang digunakan harus sebanding dengan barang asli dan memandang itu sebagai pembelian berisiko rendah. Penipu tahu mereka dapat lolos dengan mencampurkan barang palsu dengan produk mewah asli, tetapi akan kehilangan muka jika ketahuan orang lain.
Fraudsters menikmati sensasi mencari kesepatan bagus yang mungkin menghubungkan mereka dengan kesederhanaan mereka di masa lalu.
Produsen yang membuatnya dianggap melanggar hak cipta karena menjiplak karya orang lain. Sedangkan, bagi konsumen yang membeli atau menggunakannya, secara tidak langsung melakukan sesuatu yang ilegal.
Jadi, haruskah kamu memaksakan diri dan justru membeli barang palsu? [dmr]