Scroll untuk baca artikel
Blog

Pandemi

Redaksi
×

Pandemi

Sebarkan artikel ini

SELAMA hampir tiga tahun manusia sedunia perang melawan virus. Mula-mula bernama Corona, kemudian Covid-19, lalu Delta, kemudian Omicron.

Entah mengapa nama virus dibuat keren.

Sejarah virus itu di Indonesia punya perjalanan panjang. Dari batuk pileg hingga influenza. Orang tenang-tenang saja kalau terserang flu.

Minum jahe, blonyohan minyak angin atau minyak gosok. Pijat.

Atau menggunakan cara warisan nenek moyang. Dikeruk pakai uang logam dibubuhi minyak angin. Namanya, kerokan.

Mengalami reinkarnasi, sang virus mesti dilawan dengan pasukan vaksin. Ibarat kita mengirim pasukan khusus untuk menumbuhkan imunitas. Semacam ketahanan strategis dan perlawanan simultan.

Banyak yang mati oleh kecanggihan bala virus. Indonesia termasuk paling baik dalam penanganan, dibanding Amerika, Inggris atau negara-negara tetangga.

Masyarakat tercekam, tapi rakyat tampak tenang-tenang saja.

Mereka pernah mencatat korban pemilukada 2019. Tujuhratusan lebih panitia PPS mati mendadak, atas kecemasan atas ketertekanan struktur dan sistem.

Betapa oleh kekuasaan tak kasat mata itu adrenalin dan imunitas mereka drop hingga ke titik terendah.

Kita pun terus membaui aroma kekuasaan virus politik itu.***