MESTI diakui, kita adalah pewaris bangsa penakluk. Dari raja dan kerajaan nenek moyang. Nenek moyang yang konon bukan orang Jawa. Sejak Mataram Lama, Singasari, Majapahit, Demak, Pajang, Mataram Baru.
Ada yang kita anggap orang Jawa, Ken Arok, jebul masih dipertanyakan kebenaran muasalnya. Ada tiga bangsa luar yang masuk ke Jawa. India, Mongol, China.
Nenek moyang kita harus kita akui telah mencatat sejarah berlumur darah. Mereka bahkan membunuh saudara sendiri demi berebut kekuasaan. Ingat riwayat keris Empu Gandring.
Sebagai bangsa penakluk, ingat Gajahmada dengan sumpah Palapa demi menyatukan kekuasaan nusantara. Lalu Sultan Agung, dalan perjuangan nusantara untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda di Batavia.
Dalam politik, sebagai pewaris bangsa penakluk oke sajalah. Tapi bagaimana dengan kenyataan sejarah, nenek moyang pembunuh. Ingat sejak peristiwa politik 1965, hingga kasus hari-hari ini, kita jadi ingat sejarah.
Sejarah nenek moyang, zaman modern, orde baru, reformasi, milenial hingga generasi Z.
Memang benar sesanti Bung Karno, jasmerah: jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.***