SAYA mengenal Gufron Hasyim di Pekalongan pada seputar 1980-an melalui EH Kartanegara. Rumahnya bertetangga dengan Karta di daerah Keputran Kota Batik. Satu rumah sederhana di pinggir sungai, penuh buku dan bendel koran. Seorang anak muda santun suka membaca dan mengkliping.
Dia juga suka menulis dan berteater. Sebagai aktor, pernah menjadi aktor terbaik dalam Festival Teater yang diselenggarakan Dewan Kesenian Tegal dalam lakon “Bulan Bujur Sangkar” (Iwan Simatupang).
Saya acap main di rumahnya dan menginap — kalau tidak salah ingat bersama Ebiet G Ade — saat berkunjung di Teater Kandidat EH Karta. Dia memiliki intensitas dalam pergaulan di lingkaran seniman, termasuk dengan Emha Ainun Nadjib.
Tulisannya, esai dan puisi, kerap dimuat di berbagai koran nasional, termasuk Suara Merdeka. Belakangan pada 1990-an, saya bertemu dengannya di Jl Pemuda Semarang. Tetap dengan senyum bersahabatnya, yang kali itu berpenampilan beda, dan mencangklong tustel.
Kami berpelukan, dan dia mengabarkan sudah menjadi wartawan Suara Merdeka. Saya juga pernah berkunjung di rumahnya di Depok Semarang, setelah dia menikah dengan gadis Semarang yang menurutnya sahabat penanya.
Belakangan dia menerbitkan antologi puisinya berjudul “Lobang Tanpa Dasar”. Puisi-puisi yang berciri kehidupan rakyat kecil dan kritik sosial. Kariernya di bidang jurnalis juga cukup membanggakan.
Usianya sekitar sepuluh tahun lebih muda dari saya, jadi jelang tutup usianya berkisar enam puluhan tahun. Dari Taufik Harja , sahabat berkeseniannya di Pekalongan saya mendapat kabar HM Gufron Hasyim tutup usia, 22 November 2022 Jam 05.15.
Kenangan indah yang saya ingat, begitu intens setianya dia dalam pergaulan. Hingga dia seorang yang santun dan disiplin dalam hidup, rela menemani dan melayani kami ngobrol hingga dini hari.
Seorang sahabat yang ketenangannya bagai telaga, dan memiliki ramping pikiran serta fokus hati. Satu ciri berbaginya, saat masih muda di Pekalongan dia beberapa kali menunjukkan honor tulisannya. Lalu berkata, “Mas saya baru ambil wesel honor tulisan, ini kita bagi dua ya.”
Selamat jalan Gufron Hasyim, nanti kita pasti bertemu dan berbagi lagi.***