Serat Tripama adalah serat karya KGPAA Mangkunagara IV yang berisi tentang nilai ajarang karakter luhur yang tersirat dalam tiga tokoh pewayangan
BARISAN.CO – Serat Tripama adalah serat karya KGPAA Mangkunagara IV yang berisi tentang nilai ajarang karakter luhur yang tersirat dalam tiga tokoh pewayangan. Adapun tiga tokoh wayang tersebut yakni Bambang Sumantri atau Patih Suwanda, Kumbakarna, dan Adipati Karna.
Karakter tiga tokoh wayang menjadi laku nilai ajaran yang patut diteladani karya KGPAA Mangkunagara IV yang berisi 7 bait tembang Dhandhanggula.
Sebagai sebuah karya sastra yang mengambil tiga tokoh kesatri pewayangan, tentu masing-masing memiliki keteladanan yang dapat diambil nilai dan laku untuk kehidupan modern saat ini.
Serat Tripama merupakan karya sastra yang berbentuk tembang Dhandhanggula ini biasa dilagukan atau dinyanyikan pada siswa sekolah dan bahkan di masyarakat duluk acapkali ditembangkan.
Tembang Dhandhaggula ini diterbitkan paertama kali dalam kumpulan ciptaan Mangkunegara IV, jilid III pada tahun 1927.
Adapun arti dari Serat Tripama yakni berasal dari dua kata, Pertama, serat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah surat atau tulis. Kedua, tripama berasal dari 2 kata tri yang artinya tiga (3) dan Pama artinya contoh.
Jadi arti Serat Tripama adalah ajaran yang tertulis dalam tiga laku contoh, adapun tiga laku contoh tersebut sebagaimana penjelasan di atas yakni 3 tokoh pewayangan.
Ketiga tokoh tersebut untuk saat ini, yang mana Indonesia akan mencari sosok pemimpin masih relevan untuk diambil hikmahnya. Sebab ketiga tokoh pewayangan ini digambarkan memiliki loyalitas dan integritas terhadap Negara, bukan terhadap kekuasaan maupun harta.
Selain itu banyak ajaran yang dapat diambil lebih dalam jika membaca tiga tokoh wayang tersebut secara utuh. Terlebih lagi tentang ajaran moral dan etika masyarakat jawa yang didapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara maupun berbangsa.
Berikut ini tiga tokoh wayang dalam Serat Tripama dan ajaran luhurnya:
1. Bambang Sumantri
Bambang Sumantri putra dari Resi Suwandagni dan permaisuri Dewi Darini, memiliki adik yang bernama Bambang Sukrasana. Sejak kecil Bambang Sumantri telah memiliki loyalitas dan bertekad untuk mengabdi kepada Prabu Harjuna Sasrabahu di Maesapati.
Tokoh sakti yang memiliki pusaka Panah Cakra ini ahli dalam ilmu tata pemerintahan dan kenegaraan. Selain itu kemampuannya mengorganisir dan keprajuritan serta keahliannya dalam ilmu perang.
Keinginan sejak kecilnya untuk mengabdi kepada Prabu Harjuna Sasrabahu terwujud ketika ia dewasa. Sebagai ujian ia diberikan tuga untuk Dewi Citrawati, putri negara Magada yang waktu itu menjadi rebutan atau dilamar raja-raja dari seribu negara.
Dengan kesantiannya Bambang Sumantri manpu memindahkan taman Sriwedari atas permintaan Dewi Citrawati, ia dibantu adiknya Sukrasana yang memiliki kemampuan ilmu Candabirawa.
Bambang Sumantri dapat menyelesaikan tugas yang diamantkan kepadannya, bertanggung jawab atas apa yang diembannya. Ia gugur ketika menghadapi Prabu Dasamuka raja raksasa dari kerajaan Alengka.
2. Kumbakarna
Kumbakarna atau Arya Kumbakarno meruapakan saudara kandung dasamuka atau Rahwana. Putra kedua Resi Wisrawa dengan Dewi Suksesi, putri dari Prabu Sumali, Raja Alengka.
Dalam kisah pewayangan Kumbakarna memiliki kedudukan yang tinggi sebagai kesatria. Ia sosok yang jujur dan berani membela kebenaran dan berjiwa kesatria. Salah satu permohonan laku hidupnya yaitu meminta untuk dijadikan orang yang jujur dan sakti.
Permohonan tersebut, Kumbakarna melakukan pertapaan, dan akhirnya ia mendapatkan anugerah berupa sifat jujur dan sakti.
Sebai sosok pemimpin, ia tokoh yang berjuang tanpa pamrih, terlebih lagi soal pangkat dan jabatan. Di dalam hatinya yakni tertanam tentang kecintaan terhadap tanah air. Kumbakarna sosok yang gugur sebagai pahlawan, ia rela mengorbankan dirinya untuk kepentingan Negara dan bangsa.