SANGAT mengejutkan ketika saya menyimak analis politik Rocky Gerung menanggapi keharusan konsumen membeli solar, minyak curah dan gas melon menyertakan kartu tanda penduduk (KTP) selain bawa duit.
Kenapa KTP, karena memang konsumen tiga anasir kebutuhan pokok itu rakyat miskin. Kalau sasaran orang kaya pasti harap sertakan paspor bukan KTP. Tapi ini nggak mungkin.
Rocky Gerung menyandingkan keharusan rakyat membeli kebutuhannya bawa KTP diibaratkan seperti di negara otoriter atau di negeri komunis.
Saya sebenarnya nggak tega nulis ini. Tapi memang saya juga kesulitan menyandingkan padanan yang tepat dengan kondisi sekarang.
Padahal soal subsidi itu adalah tanggung jawab Pemerintah untuk melindungi orang miskin. Itu tugas konstitusi yang tidak bisa ditolak. Apalagi dilanggar, Presiden bisa dimakzulkan!
Kalau penyaluran subsidi itu tidak tepat sasaran itu soal ketidakcakapan Pemerintah dalam mengelola dan mendistribusikan kesejahteraan. Aneh, dari 270 penduduk Indonesia tidak ada yang bisa mengelola subsidi tepat sasaran.
Ini bukan soal KTP semata. Toh tiap hari juga KTP ada di dompet atau tas emak-emak. Tapi cara ini justru menjadi perwujudan Pemerintah menghina rakyat miskin. Kenapa banyak aturan untuk orang miskin?
Orwellian
Menyimak kondisi yang menimpa rakyat Indonesia saya jadi ingat buku yang dibaca pada masa awal-awal kuliah di Bogor, Jawa Barat. Buku kiri atau buku yang dilarang Pemerintah di antaranya karya-karya sastrawan Inggris, George Orwell seperti “1984” dan “Animal Farm”.
Buku ini seolah relevan dengan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya Indonesia masa kini yang digambarkan dalam karya-karya Orwell.
Dalam dua karyanya itu Orwell menggambarkan isu dan kondisi masyarakat yang hidup dalam totalitarianisme, penuh kebohongan dan kontrol yang sangat ketat serta pelanggaran hak asasi manusia. Rakyat diatur sampai ke soal pikiran.
Kendati Orwell merujuk tentang kegilaan di masa Nazi yang mengancam demokrasi dan kebebasan individu, sampai saat ini idenya sangat relevan.
Sampai lahir sebuah konsep bernama Orwellian. Istilah ini merujuk pada situasi, gagasan atau masyarakat yang dicirikan oleh totalitarianisme, otoritarianisme, propaganda, penyensoran, dan manipulasi kebenaran.
Apakah kondisi Indonesia sudah sampai pada level di atas?