Ekonomi

Dahsyatnya Media Sosial yang Turut Berperan Tumbangkan Perbankan di AS

Avatar
×

Dahsyatnya Media Sosial yang Turut Berperan Tumbangkan Perbankan di AS

Sebarkan artikel ini
(Foto: svb)

Media sosial rupanya turut berperan dalam runtuhnya bank-bank di Amerika Serikat. Tapi media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk menghindari terjadinya bank run

BARISAN.CO – Krisis kepercayaan di sektor perbankan AS membuat nasabah menarik uangnya atau bank run termasuk Silicon Valley Bank dan Credit Suisse, dan baru-baru ini, First Republic Bank serta PacWest Bancorp yang berbasis di California. Ternyata media sosial ikut memainkan peran dalam kejatuhan bank-bank tersebut.

Bank run adalah penarikan dana nasabah secara massal dari suatu bank. Hal ini biasanya terjadi akibat menurunnya kepercayaan nasabaah terhadap bank tersebut. Biasanya kondisi tersebut dipicu oleh rendahnya keamanan dan kredibilitas bank tersebut.

Ketika bank run terjadi, banyak nasabah yang menarik uang mereka secara bersamaan, sehingga menyebabkan bank tersebut kekurangan likuiditas. Jika bank tidak memiliki cadangan uang yang cukup untuk memenuhi permintaan penarikan dana dari nasabah, maka bank tersebut berisiko mengalami kebangkrutan.

Salah satu faktor penyebab terjadinya bank run adalah berita buruk atau rumor yang beredar tentang keadaan keuangan bank tersebut. Ketika muncul rumor atau berita buruk, nasabah cenderung merasa khawatir dan mulai menarik uang mereka untuk menghindari kehilangan uang mereka.

Selain itu, bank run juga dapat terjadi ketika terjadi ketidakstabilan ekonomi dan keuangan secara keseluruhan. Pada masa krisis ekonomi, banyak orang yang khawatir tentang keamanan dan stabilitas keuangan, sehingga mereka memilih untuk menarik uang dari bank.

Sosmed Hanya Salah Satu Pemicu

Fenomena medsos menjadi katalis bangkrutnya bank-bank di AS ini diawali saat jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB). Lalu diikuti Signature Bank, Silvergate Bank, hingga bank First Republic.

Namun, Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menegaskan, itu hanya menjadi salah satu pemicu saja yang perlu diperhatikan. Sebab, jatuhnya bank-bank di AS itu dipicu oleh tidak adanya bauran kebijakan otoritas di negara tersebut.

Selain itu, juga disebabkan adanya sentimen meremehkan kondisi manajemen di bank-bank yang dianggap tidak berdampak sistemik. Termasuk terkait likuditas hingga permodalannya.

“Bank sekecil apapun harus punya buffer yang kuat, baik dari sisi likuditas maupun permodal. Ini lesson learned dari kejatuhan bank sistemik yang bisa menimbulkan risiko sistemk ke sistem keuangan,” tuturnya dalam acara Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 40 di Jakarta, Rabu (10/5/2023).

Menghindari bank run lewat Medsos

Untuk menghindari jenis penularan yang mengarah pada bank run digital, manajemen bank, investor, dan regulator perlu berhati-hati terhadap apa yang mereka katakan. Bahkan jika mereka tidak memposting di media sosial, investor dan pihak berkepentingan lainnya, dan diskusi mereka dapat memengaruhi sentimen tentang bank.

Kegagalan Credit Suisse bisa dibilang dimulai dengan komentar yang tidak masuk akal dari ketua investor besar di bank tersebut, Ammar Al Khudairy dari Saudi National Bank. Dia tidak berkomentar secara terbuka tentang masalah ini tetapi mengundurkan diri dalam waktu dua minggu ‘karena alasan pribadi’ menurut sebuah pernyataan di bursa saham Saudi.

Sebenarnya media sosial dapat memberikan solusi yang belum sempurna. Alih-alih hanya menghitung jumlah tweet dengan ‘sentimen negatif’, manfaatkan kemampuan Twitter untuk mengungkapkan pendapat yang lebih luas, termasuk reaksi pengguna lain terhadap satu sama lain, dan kontroversi yang muncul. Tentunya lewat pesan-pesan positif dengan alasan yang masuk akal yang dapat mengimbangi bahkan mengalahkan sentimen negatif.