Pandangan Ekonom Senior, Yanuar Rizky memberikan perspektif tentang bagaimana dinamika politik saat ini berpotensi merugikan rakyat banyak jika tidak segera diperbaiki
BARISAN.CO — Ekonom Senior, Yanuar Rizky menyampaikan pandangan kritis mengenai dinamika politik terkini yang melibatkan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Menurut Yanuar Rizky perdebatan yang sedang berlangsung di arena politik saat ini tidak hanya menggambarkan ketegangan antara lembaga-lembaga negara tetapi juga menyoroti ketidakpastian masa depan bangsa Indonesia.
“Terlihat jelas bahwa saat ini fokus utama bukanlah pada kemajuan bangsa, melainkan pada kepentingan pribadi beberapa individu dan kelompoknya,” ujar Rizky, Kamis (22/08/2024).
Dia mengilustrasikan pada situasi di mana seorang kandidat yang ingin maju dalam pemilihan kepala daerah menghadapi penolakan dari MK, lalu berusaha melawan keputusan tersebut melalui DPR.
Rizky dalam status Facebooknya juga menuliskan, “Agar anak bisa maju dalam pilpres, menggunakan MK. Saat MK memutuskan anak yang satu tak bisa maju, menggunakan DPR untuk melawan MK.”
“Lalu, bilang itu kewenangan masing-masing lembaga negara? Satu yang pasti, semua ini soal ‘anak’ bukan soal bangsa ini. Bahkan, lembaga negara pun bisa dibuat saling ‘bertikai’, demi sang anak, meski bangsa ini dibuat bertikai,” tulisnya
Menurut Rizky, konflik antara lembaga negara ini menunjukkan bahwa ‘semua ini kepentingan oligarki bukan soal bangsa ini.’
Ia berpandangan bahwa pertikaian yang terjadi lebih merupakan usaha untuk memuluskan jalan bagi kepentingan oligarki, khususnya anak dari elit politik, ketimbang memikirkan kepentingan rakyat dan bangsa secara keseluruhan.
Rizky juga menggarisbawahi ketidakpastian masa depan yang dihadapi oleh elit politik saat ini.
Ia mengutip ekonom John Maynard Keynes yang pada tahun 1923 mengatakan, “in a long run we all dead,”
“Untuk menggambarkan kelas elit yang ketakutan akan masa depan hidupnya, malah menambah sulit krisis pangan dan pekerjaan paska flu spanyol,” sambungnya.
Rizky menunjukkan bahwa ketakutan akan masa depan dan krisis yang melanda bangsa tampaknya membuat para elit lebih terfokus pada kepentingan pribadi mereka.
Hal ini diperparah oleh situasi saat ini, di mana Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, mengingatkan tentang potensi bahaya jika menghadapi figur yang ia sebut sebagai “raja Jawa,” yang menggambarkan ketegangan dan kekhawatiran elit terhadap masa depan politik mereka.
“Jadi, kita ini menghadapi ketakutan para elit akan masa depannya di depan Raja Jawa… entah siapa Raja Jawa itu,” kata Rizky.
Ia menekankan bahwa Presiden yang seharusnya fokus pada permasalahan rakyat seperti pengangguran dan kesulitan ekonomi, malah lebih sibuk mencari jalan agar anaknya dapat kerja.