Scroll untuk baca artikel
Blog

Aktor dan Sastrawan Ikranegara Meninggal Dunia, Begini Perjalanan Hidupnya

Redaksi
×

Aktor dan Sastrawan Ikranegara Meninggal Dunia, Begini Perjalanan Hidupnya

Sebarkan artikel ini

Setelah tamat SMA, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), menyusul Putu Wijaya yang telah lebih dahulu menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di sana. Baru setahun mengikuti kuliah di fakultas itu, ia pindah ke Fakultas Kedokteran.

Tahun 1966, setelah terjadinya peristiwa G-30-S/PKI yang berkaitan dengan terjadinya pergolakan mahasiwa, suasana berkesenian benar-benar lumpuh. Dia ikut berdemonstrasi, bahkan ia dipercaya sebagai penghubung Yogyakarta-Jakarta. Ketika suasana bertambah gawat, ia kembali ke Bali. Karena kesepian dan kuliahnya berantakan, ia pindah ke Jakarta.

Di Jakarta ia masuk Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, dengan maksud agar memperoleh pengetahuan untuk kesenian. Namun, di fakultas tersebut ia juga merasa jenuh dan kuliahnya tidak pernah selesai.

Tahun 1973 ia berangkat ke Hawaii mendampingi istrinya yang akan menyelesaikan program Ph.D.-nya. Mereka tinggal bersama mertuanya, tetapi Ikra berkeliling ke sana kemari. Kesempatan itu dipergunakannya untuk memperdalam pengetahuannya di East West Centre, Universitas Hawaii. Setelah istrinya meraih gelar Ph.D., tahun 1975, mereka kembali ke Indonesia.

Berawal Karena Iseng

Setelah beberapa tahun bergabung bersama Teater Kecil, pimpinan Arifin C. Noer, tahun 1974 ia mendirikan sebuah grup teater yang bernama Teater (Siapa) Saja.

Tahun 1979 ia bertugas sebagai dosen tamu di Universitas California di Davis, Universitas Ohio, dan Universitas Michigan. Pada saat yang sama ia juga menjadi seniman tamu di Theatre Compesino (Los Angeles), Snake Theatre (San Fransisco), dan di Gafres Tire (Minneacles).

Berdasarkan laman resmi Festival Film Indonesia, Ikranagara memulai kiprah di dunia kesenian melalui drama dan puisi. Keterlibatannya di dunia film sendiri diakui Ikra karena faktor keisengan belaka.

Namun, dalam sepanjang kariernya, lebih dari 13 film telah ia bintangi, dimulai dari Bernafas Dalam Lumpur (1970), ada pula film dokumenter Djakarta 1966 (1980), hingga salah satu yang begitu membekas adalah Kejarlah Daku… Kau Kutangkap (1985).

Peran Markum dalam Kejarlah Daku… Kau Kutangkap membuat Ikranagara mendapatkan nominasi Piala Citra FFI untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik.

Sekitar lebih dari satu dekade terakhir, Ikranagara juga berperan sebagai Pak Harfan dalam Laskar Pelangi dan sekuelnya, Laskar Pelangi 2: Edensor, kemudian Kakek Usman dalam Garuda di Dadaku (2009).

Ia juga berperan sebagai Hasyim Asyari di Sang Kiai (2013). Melalui film dan peran tersebut, Ikranagara kembali masuk nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik Festival Film Indonesia.