Kala Kematian Menghampiri
Usianya tak lagi muda
Tubuh kekarnya mulai menyusut
Ia sadar jika akan segera dilupakan
Seiring bergantinya tokoh utama di layar
Ia terkapar di tengah kegundahan
Membayangkan masa kejayaan yang mulai pudar
Gusar memikirkan masa depan
Ah, kematian bukankah yang lebih dekat di saat penyakit menggerogoti tubuhnya?
Namun, ia menolak mengakui
Jika kini wajahnya tak lagi bisa dijual
Bahkan meski banyak perempuan pernah singgah di kehidupannya
Itu takkan mengubah apapun
Ia hanya laki-laki tua yang membunuh rasa jenuh dengan memandangi senja
Tak ada satu pun yang menghubungi
Termasuk sanak saudara
Ia benar-benar dilupakan
Bukan karena ketidaksengajaan
Hanya saja di masa emasnya, laki-laki itu enggan menemui mereka
Saat mereka menghampiri, ia melarikan diri
Khawatir orang-orang itu akan menghisap kekayaannya
Laki-laki tua itu pun mati
Tak ada seorang pun yang datang
Ia mati dalam kesendirian
Dengan kesombongan yang dikenang orang-orang
Aku Pergi
Kau memang di sini, di sampingku
Namun, aku tahu pikiranmu terus saja melayang ke arahnya
Aku ingin menghentikannya
Sialnya, aku khawatir jika kata-kata dari mulutku akan membuatmu pergi
Ah, aku tak tahan lagi!
Sebaik apa pun diriku
Selama apa pun hubungan ini
Tampaknya, dia masih yang engkau cintai
Apakah aku tak begitu berarti?
Sehingga kau tega menyebut namanya di depanku
Sedangkan engkau tahu bahwa aku begitu cemburu kepadanya
Satu-satunya mantanmu yang membuatku terbakar
Aku telah berupaya
Sayangnya semua terasa begitu sia-sia
Aku mundur karena ini begitu melelahkan
Aku tak ingin lagi menahan kemarahan
Kini, silakan kau hidup dengan bayang-bayang dirinya
Dengan begitu, aku berharap kau bahagia
Aku tak ingin menjadi tempat pelarian
Sedangkan dia tak jua engkau bisa lupakan