Scroll untuk baca artikel
Terkini

Anggota Dewan Sebut Ada Hal Mistis atas Ambrolnya Plengsengan di Malang, Ini Pendapat Ahli Hidrologi

Redaksi
×

Anggota Dewan Sebut Ada Hal Mistis atas Ambrolnya Plengsengan di Malang, Ini Pendapat Ahli Hidrologi

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Plengsengan sungai di samping pembangunan jembatan Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang ambrol sepanjang 30-40 meter pada Minggu, (23/11/2020) malam meski baru dibangun.

Atas kejadian tersebut, sejumlah anggota DPRD Kota Malang melakukan sidak yang dipimpin oleh ketua komisi C DPRD Kota Malang Fathol Arifin ke lokasi. Menurutnya, ambrolnya plengsengan ini memang dipastikan akibat faktor alam, bukan akibat kelalaian pelaksana proyek.

“Kalau dilihat dari paparan yang sudah disampaikan, semuanya sudah sesuai prosedur. Ini memang ada banjir besar dan disini memang juga sering ambrol, di luar kekuatan kita,” terangnya dikutip dari Kumparan Rabu (24/11).

Bahkan, saking seringnya terjadi kendala, menurut Fathol, memang ada faktor X alias mistis. Hal itu dia dapatkan dari pengakuan warga sekitar, bahwa setiap tahunnya, penunggu Sungai Amprong selalu meminta tumbal. 

“Makanya besok kita akan adakan selamatan. Cukup dibuatkan lubang untuk jalan faktor X tersebut dan sudah disiapkan lubang tersebut. Dan besok akan ada doa bersama disini dengan warga sekitar juga,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, ahli hidrologi Yanto Ph.D, menampik adanya faktor mistis dari ambrolnya plengsengan sungai jembatan Kedungkandang.

“Yang paling memungkinkan ambrolnya plengsengan tersebut memang karena adanya aliran sungai akibat banjir,” kata Yanto ketika dihubungi oleh tim Barisan.co.

Dosen Universitas Jenderal Soedirman ini pun menyebut ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi.

“Pertama, ada aliran di bawah plengsengan yang tidak terdeteksi. Aliran ini akan menyebabkan sebagian material terbawa arus sungai dan menciptakan rongga,” papar Yanto.

Kemungkinan yang kedua menurut Yanto terjadinya banjir yang cukup besar sehingga mampu untuk menggerakkan plengsengan. Ketiga, dinding penahan dari beton belum dipasang yang menyebabkan timbunan tanah tidak akan mampu menahan arus air.

“Berdoa bersama tetap perlu dilakukan karena berdoa itu baik dan diperintahkan oleh Allah Subhana wa Taala. Akan tetapi kajian ilmiah terhadap fenomena amblasnya plengsengan harus dilakukan,” ungkap pria kelahiran Blora tersebut.

Yanto menyarankan untuk melakukan dilakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap proyek tersebut. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan perlu dilakukan.

“Apakah faktor-faktor alam seperti banjir telah diperhitungkan dalam perencanaan? Apakah pelaksanaan lapangan di lapangan sesuai dengan gambar yang didesain? Dan apakah pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan proyek dilakukan dengan baik,” pungkas Yanto. [rif]