Scroll untuk baca artikel
Terkini

Anies Baca Buku ‘How Democracies Die’, Ini Ringkasannya

Redaksi
×

Anies Baca Buku ‘How Democracies Die’, Ini Ringkasannya

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencuit sebuah foto saat ia sedang membaca buku dengan mengenakan sarung disertai narasi ucapan sapaan selamat pagi. Warganet pun langsung fokus ke buku yang Anies baca. Buku ‘How Democracies Die’ Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Buku ini merupakan peringatan penting terhadap tragedi sebuah demokrasi, mengenai rusaknya “toleransi timbal balik” dan penghormatan terhadap legitimasi politik oposisi. Berkaca pada iklim politik saat ini di negara-negara barat yang menerapkan, khususnya di Amerika Serikat yang ‘dianggap’ sedang menuju kehancuran dari demokrasinya di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

“Sebuah paradoks tragis dari jalur pemilu menuju otoritarianisme adalah bahwa pembunuh demokrasi menggunakan institusi demokrasi sendiri — secara bertahap, halus, dan bahkan legal — untuk membunuhnya,” ungkap penulis buku ini di halaman 8.

Levitsky dan Ziblatt menguraikan empat bagian tes untuk mengidentifikasi pemimpin otoriter: menolak institusi demokrasi, menolak legitimasi lawan politik, menoleransi atau mendorong kekerasan dan membatasi kebebasan sipil.

“Dengan pengecualian Richard Nixon, tidak ada kandidat presiden dari partai besar yang memenuhi satu dari empat kriteria ini selama abad terakhir,” catat mereka. “Namun kesemuanya ada di Donald Trump,” tambahnya.

Ada kutipan menarik dalam buku ini dari Aesop’s Fables (The Horse, the Stag and the Hunter) yang mengilustrasikan hubungan antara politik dan Donald Trump:

“Sebuah pertengkaran terjadi di antara seekor kuda dan rusa jantan. Si kuda datang kepada pemburu untuk meminta bantuan mengalahkan rusa.

Si pemburu bilang, “okay saya akan bantu kamu mengalahkan rusa, asalkan kamu izinkan aku memasang sepatu besi di antara jarimu dan aku akan mengendalikanmu dengan tali kekang dan pelana ini ditaruh di punggungmu, supaya aku bisa stabil memandumu mengejar musuh.”

Si kuda setuju dengan semua permintaan pemburu dan rusa pun akhirnya dikalahkan.

Kuda meminta pemburu untuk melepas semua yang telah dipasang di tubuhnya, tapi si pemburu bilang, “wow tidak bisa secepat itu kawan. Sekarang aku sudah memacumu dalam kendaliku dan aku memutuskan untuk tetap seperti itu.”

Demokrasi merupakan usaha bersama. Nasibnya tergantung pada kita semua. Kalau kepercayaan bersama terhadap demokrasi itu meluntur, maka demokrasi akan mati perlahan. Kedua penulis memberikan beberapa usulan untuk menyelamatkan demokrasi di Amerika dengan belajar dari demokrasi di negara lain dan sejarahnya sendiri. Selain itu, juga menegaskan pentingnya sebuah pemerintah menghormati pendapat orang-orang yang memiliki pendapat politik yang berbeda secara sah. [rif]