Scroll untuk baca artikel
Blog

Anies, Buku dan Pidato Kebudayaan

Redaksi
×

Anies, Buku dan Pidato Kebudayaan

Sebarkan artikel ini

Sebagai kota metropolitan dan global, Anies tidak hanya fokus pada pembangunan fisik utilitas tetapi juga membangun taman dan pusat kebudayaan. Menyeimbangkan antara kesibukan keseharian dengan pemenuhan hiburan batin. Ini sejalan dengan tagline yang diusung Anies: maju kotanya, bahagia warganya.

Revolusi mental yang diusung Presiden Jokowi sejatinya dipraksiskan oleh Anies dengan sempurna. Dan, revolusi mental juga dipraktikan Anies sejak dalam ruang kantornya.

Siapapun yang menghadap Anies mau masyarakat atau kepala dinas, dia terima tidak di meja kerjanya. Meja kerja, kata Anies hanya tempat untuk tanda tangan dokumen atau kebijakan. Sementara ketika menerima tamu atau pejabat di lingkungan DKI dipersilakan di meja rapat. Di sanalah semuanya serba egaliter dan setara. Tidak ada yang rendah dan tidak ada yang tinggi, tidak ada inferior dan tidak ada superior. Tidak ada yang menghadap dan diperhadapkan. Kesimpulannya: Jakarta dibangun bukan oleh Superman tetapi oleh Super Team.

Anies juga mengajak kepada lembaga, badan dan dinas di lingkungan DKI Jakarta untuk membiasakan merekam setiap langkah dan kebijakannya dalam bentuk buku. Rekam dan jejak yang baik itu jangan nempel di badan atau hilang bersama angin melainkan bisa diwariskan untuk penerusnya. Sehingga setiap ganti kepemimpinan, pembangunan Jakarta tidak dimulai dari nol lagi.

Soal penerusnya tidak mau melanjutkan yang baik, itu persoalan lain. Bisa karena iri atau juga karena keterbatasan pengetahuan dan konsep.

Ajakan Anies untuk menulis buku pun bersambut. Inspektorat misalnya membuat buku tentang cara DKI Jakarta meraih predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) yang pada saat gubernur sebelumnya sangat sulit di raih, begitu juga MRT Jakarta, bagian protokol dan menyusul beberapa dinas lain membuat buku dan menuliskan semua pengalaman kerjanya selama lima tahun terakhir.

Orang baik dan politikus baik tidak hanya ditulis wartawan tetapi juga dicatat sejarawan.

Karena itu ajakan Anies kepada orang-orang baik untuk masuk politik atau partai politik sangat relevan. Anies tidak menyebut orang berijazah atau orang tanpa ijazah tetapi orang baik!