Scroll untuk baca artikel
Blog

Anies dan Jonan: Model Perubahan di Indonesia

Redaksi
×

Anies dan Jonan: Model Perubahan di Indonesia

Sebarkan artikel ini

INDONESIA tengah mengalami anomali. Kondisi ini sangat berbahaya bila terus berlanjut, menahun dan melembaga. Indonesia hanya akan tetap menjadi negara berkembang atau malah mundur menjadi negara terbelakang. Atau malah bubar!

Anomali terjadi karena politik ugal-ugalan dan balas dendam — tujuan akhirnya saling menihilkan — yang menyebabkan orang bersih dari korupsi dan berprestasi serta memiliki rekam jejak yang teruji justru dimusuhi dan disingkirkan.

Padahal sebenarnya Indonesia bila ingin maju dan disegani dunia lain, orang-orang baik harus masuk atau dipaksa berkiprah dalam dunia politik (legislatif, eksekutif juga yudikatif)

Orang baik dan jujur itu tak harus banyak. Yang penting, pemimpin sebuah kelompok atau lembaga tersebut bukan seorang superman tetapi seseorang yang bisa menciptakan superteam.

Anies Baswedan dan Ignasius Jonan

Indonesia sebenarnya punya model atau prototipe kepemimpinan nasional di antaranya mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan mantan Dirut PT Kereta Api Indonesia yang juga mantan Menhub dan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Anies yang baru lengser sebagai gubernur pada 16 Oktober 2022 sudah tidak diragukan lagi prestasinya. Karya Anies sudah menjadi legasi yang membangun Jakarta dengan konsep: gagasan, narasi dan karya. Jadi membangun itu tidak sembarangan. Kata Anies, “groundbreaking itu perlu tetapi yang lebih penting itu penuntasan.”

Membangun sebuah kota atau sebuah negara dan bangsa tidak langsung berwujud karya, tanpa melalui gagasan dan narasi. Bila itu potong kompas maka hasilnya jalan tol dilego murah, bandara jadi bengkel pesawat dan teriak revolusi mental yang ada segrerasi dan tidak ada keakraban antarwarga.

Jakarta yang pada siang hari berpenduduk 10 juta jiwa, bisa dengan mudah dikendalikan. Bukan oleh seorang Anies tetapi oleh superteam yang dibuat Anies.

Pembangunan infrastruktur berjalan lancar tanpa penggusuran. Pasar atau lahan warga yang terbakar bukan malah digusur dan bersalin rupa menjadi mal atau apartemen justru dibangun kembali menjadi pasar atau hunian warga yang sangat layak.

Pembangunan infrastruktur juga dibarengi dengan pembangunan fasilitas keagamaan terutama gereja yang selama ini sulit mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB), akses air bersih, pedestrian, fasilitas olahraga, taman, transportasi publik dan ramah lingkungan sert pusat kebudayaan yang cukup representatif.

Selain Anies juga ada Jonan, sama-sama menteri yang pernah di-reshuffle Jokowi tetapi pernah menorehkan karya yang sangat monumental. Jonan saat menjadi Dirut PT KAI hanya dalam hitungan bulan dapat mengubah budaya kerja serta layanan perkeretaapian.

Padahal, sebelumnya kereta api identik sebagai moda transportasi yang sangat kumuh dan merugi. Namun di tangan Jonan, kereta disulap menjadi moda transportasi yang nyaman dan menguntungkan.

Masih bisa dibayangkan dulu hampir tiap hari orang jatuh dari kereta api Jabodetabek. Saking sudah biasa, media pun enggan memberitakannya. Stasiun tak ubahnya toilet panjang karena hampir seluruh areanya kotor dan bau pesing. Tetapi sekarang di stasiun banyak restoran, minimarket, ruang tunggu yang nyaman, musola yang bersih dan pembayarannya pakai kartu elektronik.

Begitu juga pencopet raib dan orang sakit jiwa seperti pelaku pelecehan seksual pun jangan coba-coba beroperasi bila tidak ingin dipermalukan di depan publik oleh satpam dan dipidanakan.

Jonan bukan seorang superman. Perawakannya tidak terlalu tegap. Wajah sayu dan jalan saja pelan. Tetapi Jonan dapat menciptakan superteam serta keteladanan.

Jonan sampai harus tidur digerbong untuk bisa memastikan pekerjaan anak buahnya tetap dalam bingkai gagasan, narasi dan aksinya.