Lantas, kenapa Anies harus di-framing? Pemuatan gambar Anies pada harian Kompas (8/9/2022) adalah rentetan yang berawal dari dan disebabkan oleh kontestasi politik yang tak berkesudahan. Publk menilai Kompas sudah berpihak dan bermain politik praktis. Bukan hanya Kompas. Hampir semua peristiwa yang berkaitan dengan Anies selalu muncul narasi negatif guna menjegal pencalonannya. Kompas sudah termasuk dalam lingkaran itu.
Ada beberapa faktor bisa dirujuk sebagai penyebabnya. Pertama, Anies adalah sosok kepala daerah yang menepati janji politik kepada warga Jakarta. Dalam membangun kota Jakarta, Anies memberi conton bagaimana seharusnya menempatkan kepentingan warga kota di atas segalanya. Anies selalu hadir melakukan advokasi warganya baik dalam hal memberi ruang partisipasi yang cukup besar sehingga kegiatan itu bisa terselenggara dengan aman. Dalam pemahaman selaku pemimpin suatu wilayah, tugas Gubernur bukan hanya memberikan pelayanan terbaik bagi warganya dan memastikan kegiatan pembangunan berjalan sesuai aturan. Tapi mesti pula hadir di tengah-tengah warganya. memberikan pemahaman aparaturnya maupun warga sipil yang terlibat bahwa pembangunan kota hanya akan berhasil bila dikerjakan bersama lewat kolaborasi.
Kedua, kedekatannya dengan warga. Selain menyampaikan pesan-pesan optimisme, Anies juga begitu perhatian dengan warga miskin kota. Setidaknya dalam sepekan, dia sempatkan waktu mengunjungi warga yang sakit atau mendapat musibah kematian. Beberapa kali dia terekam kamera sedang mengangkat keranda jenasah warganya yang wafat. Termasuk selalu memberikan layanan dan memerintahkan agar setiap RSUD mengratiskan pengobatan bagi warga yang tak mampu. Lebih daripada itu, lapisan warga kurang mampu dan manula dibebaskan kewajibannya atas pajak daerah Mengoptiomalkan pembangunan rusunawa bagi warga yang berpendapatan rendah.
Untuk memastikan janji-janjinya kepada warga mampu terwujud, Anies selalu memastikan dan mengawasi setiap rupiah dari pajak daerah digunakan untuk membangun fasilitas kota sehingga mampu dinikmati oleh semua lapisan warga Jakarta. Saking begitu pedulinya dengan kehidupan warga miskin kota, tak heran dikalangan warga miskin kota Anies dikenal sebagai Gubernur kaum jelata. Belum lagi ditambah dengan sederet penghargaan terkait prestasi kinerja pemerintah daerah dari berbagai lembaga dalam maupun luar negeri. Ketokohannya begitu kuat.
Semua itu membuat Anies lebih popular dan teratas dalam survey capres 2024 yang dirilis dari beberapa lembaga survey. Popularitasnya yang terus meroket itu, bagi sebagian seteru politiknya dirasakan cukup meresahkan. Atas alasan itu ketokohannya mesti disudahi. Caranya? Terus produksi framing dancitra buruk terhadap dirinya dan kampanyekan Anies sebagai sosok yang berseberangan dengan Presiden Jokowi. Apapun caranya dia mesti dijegal dan dimatikan popularitasnya. Namun yang pasti, operasi pembusukan semacam ini takkan berhenti dan terus berlangsung hingga pamor Anies pudar. Wallahu’alam bi sawab []
