Oleh: Muhammad Ramli Rahim
SEPEKAN setelah Anies Rasyid Baswedan dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta, saya pun mampir di Lebak Bulus, seperti biasa beliau dengan senyum khas menyambut dan memeluk. Tak ada yang berubah saat sebelum beliau Mendikbud dan setelah beliau dilantik Gubernur saat itu.
Saya datang bukan sekadar memberi selamat tapi memastikan apakah beliau masih ingin melanjutkan keinginan kami-kami ini agar beliau mau dicalonkan sebagai Presiden 2019.
Dan beliau dengan tegas menyatakan tidak ingin menjadi bagian dari mereka yang hanya menjadikan jabatan gubernur DKI sebagai batu loncatan menuju Presiden.
Anies Baswedan ingin menuntaskan janji kepada warga Jakarta untuk bertugas selama lima tahun.
Dari Lebak Bulus saya bergeser ke Gedung Kemdikbud bertemu salah seorang pejabat eselon I di Kemdikbud, pejabat yang baik hati dan sangat humble.
Sang Eseleon I menyambut dengan hangat dan ada sebuah kalimat yang langsung terucap dari beliau ketika saya sebut bahwa saya baru saja dari Lebak Bulus.
“Kami pejabat kemdikbud ini sangat senang dipimpin pak Anies dan sangat repot menjelang Pilkada DKI,” kata beliau membuka pembicaraan.
“Mengapa senang, karena selama Pak Anies Mendikbud, tak ada arahan apapun tentang proyek, tak ada permintaan dana apapaun dari beliau baik langsung maupun tidak langsung. Kami bekerja tanpa beban dan betul-betul fokus memberi manfaat maksimal dari anggaran yang kami miliki. Tak ada utusan atau siapapun datang ke kami melobby atau meminta difasilitasi proyek apapun. Nah, begitu beliau diganti, repot betul kami menerima “utusan” mulai dari orang kita sendiri sampai yang tak bisa berbahasa Indonesia pun datang mengaku “utusan”,” beliau melanjutkan.
“Mengapa kami repot menjelang pilkada DKI, karena tiap hari kami didatangi orang-orang yang mencari-cari kesalahan Pak Anies. Bahkan mereka bukan lagi mencari kesalahan pak Anies tapi mencari apa yang bisa dipersalahkan atau dipersoalkan dari pak Anies,. Tiap hari ada saja yang datang di hampir semua jenjang kemdikbud dan itu terus dilakukan meskipun Pak Anies sudah dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta,” lanjut beliau.
Nah, setelah hampir lima tahun tak ada yang bisa dipersoalkan dari Anies Rasyid Baswedan meskipun terus menerus dicari kesalahannya.
Anies diarahkan ke Formula E, sebuah event yang sukses luar biasa dan mengharumkan nama Indonesia dikancah Internasional.
Formula E terus dipersoalkan meskipun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia menyatakan penyelenggaraan balap mobil listrik Formula E Jakarta layak untuk dilaksanakan.
Tentu kita berharap, KPK tidak menjadi alat politik bagi penguasa dan oligarki. Setidaknya Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (Iress) Marwan Batubara mengatakan KPK sudah menjadi alat politik penguasa dalam pemanggilan Anies.
“Kita perlu mengingatkan pertama yang berkuasa jangan menghalalkan segala cara untuk menguasai negara ini melalui cara-cara yang busuk, yang kotor. Menggunakan kekuasaan, menggunakan lembaga tinggi negara KPK untuk meraih kekuasaan. Saya kira ini harus dihentikan,” kata Marwan
Mantan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto, bahkan bicara dugaan politisasi dan permufakatan jahat untuk mengkriminalisasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di balik pengusutan dugaan korupsi di penyelenggaraan Formula E oleh KPK.
Alhamdulillah, Setelah menjalani 11 Jam Pemeriksaan KPK Terkait Formula E yang telah berlangsung sukses luar biasa dan mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional, Anies Rasyid Baswedan malah merasa senang.