Selama penggusuran oleh Ahok warga Kampung Akuarium seperti pelaut ulung yang melawan badai laut, mereka tegak luruh dan kokoh melawan penggusuran.
Sebagaimana yang diliput CNN Indonesia, Rabu, 6 Juli 2016 dengan tajuk, “Lebaran di Atas Puing, Perlawanan Warga Kampung Akuarium” berikut ini.
Selasa sore itu Sri Rusdiyani masih repot memasak opor ayam dan sayur nangka. Perempuan 62 tahun itu memasak sejak pagi, dibantu ibu-ibu Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, menyiapkan hidangan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Di sekitar Sri, ratusan ketupat telah matang dan digantung di bawah atap gubuk yang dijadikan dapur umum. Gubuk itu berdiri ala kadarnya, bertiang bambu, berdinding papan, dan beratap terpal sisa gusuran.
Sri mengatakan, ia bertekad salat Id berjamaah di pelataran jalan coran yang masih rata, tak jauh dari Museum Bahari, meski bangunan rumahnya telah rata menjadi puing.
Bagi Sri, bisa merayakan lebaran bersama warga di tempat tinggalnya merupakan suatu kebahagiaan tersendiri. Biaya makan-makan itu, kata Sri, diperoleh dari sumbangan donatur.
“Yang penting kami bisa salat Id bersama warga sini, itu kebahagiaan, meskipun rumah kami sudah berantakan jadi puing. Habis salat Id kami akan makan ketupat bareng,” kata Sri saat ditemui di lokasi penggusuran.
Salat Id dan makan ketupat bersama warga gusuran, menurut Sri, menjadi bentuk perlawanan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Kami perlihatkan ke Ahok, kami masih bisa salat Id di sini. Biar Ahok tahu, kami sudah digusur tapi masih bisa masak ketupat,” ujar Sri.
Sri menyebut penggusuran 11 April lalu ibarat “rumah-rumahan yang mudah diratakan dengan tangan besi Ahok.”
Mereka kecewa tak ada ganti rugi untuk rumah yang telah mereka huni puluhan tahun. Kami masih menantang Ahok di sini. Sampai proses hukumnya selesai, kami tetap bertahan di sini, kecuali dia mau kasih ganti rugi,”
Kutipan di atas pesan yang kuat terbaca Sri Rusdiyani dan ratusan warga Kampung Akuarium menolak digusur juga menolak relokasi ke Rumah Susun Marunda. Mereka menolak karena merasa tercerabut dari akarnya kebudayaannya sebagai warga Kampung Nelayan.
Lebaran dan Salat Idul Fitri tahun 2016 di atas puing reruntuhan Kampungnya adalah ikhtiar terakhir warga Kampung Akuarium menggugah bumi, mengetuk langit.
Doa tulus warga Kampung Akuarium menggugah penduduk bumi, mendobrak hati penduduk langit, awal tahun 2017 Anies Baswedan menemui warga Kampung Akuarium dan berjanji akan membangun kembali tempat tinggal mereka yang tergusur.