Scroll untuk baca artikel
Kolom

Anies Tidak Akan Habis (Bagian Dua)

Awalil Rizky
×

Anies Tidak Akan Habis (Bagian Dua)

Sebarkan artikel ini
ANIES TIDAK AKAN HABIS (bagian dua)
Anies Rasyid Baswedan

Karir politik Anies tidak berakhir ketika diberhentikan menjadi Menteri, dia dicalonkan dan menang dalam pemilihan Gubernur Jakarta.

Oleh: Awalil Rizky

ANIES Rasyid Baswedan menjadi salah satu figur sentral dinamika politik serta kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Karir politiknya memang tidak berjalan mulus, namun meninggalkan jejak penting yang berpengaruh besar.

Ketika kini dinilai karir politiknya habis, maka jejaknya itu bisa mengubah banyak hal pada waktu mendatang yang dekat.

Perubahan yang mungkin terjadi termasuk kembalinya Anies dalam kancah politik sebagai seorang pemimpin nasional. Hal itu dilatari dinamika sosial poilitik dan ekonomi yang tengah berlangsung saat ini.   

Anies seorang intelektual terpandang sebelum masuk dalam kancah politik. Karir akademisnya bukan sembarangan, sempat menjadi rektor suatu universitas terkemuka. Sebelumnya, Anies aktif dalam gerakan masyarakat sipil dan tetap berlanjut saat menjadi rektor.

Anies tercatat menginisiasi bebarapa program gerakan sosial yang menonjol dan berdampak luas. Salah satunya adalah gerakan Indonesia Mengajar, yang berhasil mengkonsolidasikan banyak sumber daya, terutama anak-anak muda terpelajar yang idealis.

Banyak yang menyadari ketertinggalan pendidikan di daerah terpinggir, namun Anies bertindak secara nyata.

Anies dengan pertimbangan kenalan dan kawan dekatnya, termasuk penulis, memutuskan ingin aktif secara langsung dalam dunia politik.

Langkah pertamanya mengikuti konvensi Partai Demokrat pada akhir tahun 2013. Saat itu dia masih berusia 45 tahun dan karir akademis maupun profesionalnya mentereng dan terus menjanjikan.

Tak sedikit yang mengingatkan bahwa dunia politik itu tidak baik bagi figur seperti Anies, yang dianggap intelek dan idealis.

Namun, Anies telah meninggalkan jejak bahwa zona nyaman tak bisa menghentikannya untuk berbuat lebih banyak bagi negeri. Meski mengikuti konvensi partai politik, dia tidak menjadi anggotanya.

Ketika proses konvensi yang terutama berupa debat publik di sepuluh kota besar Indonesia, Anies memperlihatkan kapasitasnya sebagai seorang calon negarawan andal.

Dalam orasi dan tanya jawab, dia mengutarakan berbagai konsep dan ide besar disertai langkah strategis untuk mewujudkannya.

Meski kalah dalam konvensi tersebut, Anies telah masuk secara terang-terangan dalam dunia politik. Berlanjut dengan diminta menjadi juru bicara utama paslon Jokowi-Jusuf Kalla ketika Pilpres 2014.

Lalu, diberi tugas menjadi salah satu deputy tim transisi ketika mempersiapkan pemerintahan baru.

Anies diangkat oleh Jokowi sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada akhir Oktober 2014. Menjadi Mendikbud memberi kesempatan padanya mengembangkan beberapa ide besar yang telah diinisisasi sebelumnya, dengan wewenang dan sumber daya yang lebih banyak.

Terbukti prestasinya dan pengakuan publik atas kinerjanya, terlepas dari kemudian diberhentikan pada Juli 2016.

Karir politik Anies tidak berakhir ketika diberhentikan menjadi Menteri, dia dicalonkan dan menang dalam pemilihan Gubernur Jakarta.

Ketika menjabat sebagai gubernur, Anies kembali menunjukkan kemampuannya sebagai pemimpin. Anies memiliki kapasitas konseptual dan kemampuan eksekusi, serta dekat dengan rakyatnya.

Purna tugas dua tahun dari jabatan Gubernur atau tak memiliki jabatan publik dan belum menjadi kader suatu partai politik, namun Anies bisa melaju sebagai calon Presiden.

Meskipun kalah dalam Pilpres, pamor Anies belum pudar. Sempat mau diusung oleh tiga parpol untuk kontestasi Pilkada Jakarta dan oleh partai lain setelah putusan Mahkamah Konstitusi.

Dari sebagian cerita di atas, ada beberapa jejak penting Anies dalam dinamika politik Indonesia.