Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Apakah Kita Benar-benar Sibuk atau Pura-pura?

Redaksi
×

Apakah Kita Benar-benar Sibuk atau Pura-pura?

Sebarkan artikel ini

Kita sering kali mendengar keluhan tentang beban kerja adalah hal biasa di era modern saat ini.

BARISAN.CO – Saat ini, kesibukan adalah simbol status, tanda kita dicari dan diminati. Meskipun ego kita mungkin menikmati validasi, terus-menerus berada dalam “mode kerja”, namun melakukannya sepanjang waktu dapat menyebabkan kelelahan.

Seperti segala bentuk kecanduan – alkohol, obat-obatan, apa pun – kecanduan bekerja sama-sama merusak; itu merusak individu itu sendiri serta orang-orang di sekitarnya.

Lalu muncullah, kultus sibuk (cult of busy) di mana kesibukan itu jauh lebih penting. Sedangkan, mereka yang menikmati kopi di sore hari bersama teman-temannya dianggap terlalu menjalani hidup dengan santai.

Sehingga, kita ingin terus terlihat bekerja, orang lain juga enggan mengganggu, dan secara bersamaan percaya bahwa kita melakukan pekerjaan yang mengagumkan.

Kita sering kali mendengar keluhan tentang beban kerja adalah hal biasa di era modern saat ini. Dalam konteks sosial, terkadang disebut sebagai ‘sibuk menyombongkan diri’, yang oleh beberapa ahli digambarkan sebagai epidemi yang parah.

Terkadang, klaim ini digunakan sebagai cara untuk menolak tambahan pekerjaan, dan di lain waktu, digunakan sebagai poin percakapan. Apa pun itu, hal ini bisa berdampak negatif bagi bisnis dan produktivitas karyawan secara keseluruhan.

Ada dua kemungkinan di sini. Pertama, karyawan itu memang benar-benar sibuk seperti yang dia katakan. Jika benar, atasan perlu membagi ulang beban kerja di antara stafnya.

Sementara, yang kedua, karyawan itu berbohong tentang betapa sibuknya mereka, atau setidaknya melebih-lebihkan.

Banyak orang berpikir jika mereka sibuk, itu menandakan bahwa mereka adalah orang yang produktif. Padahal, menjadi produktif dan sibuk saja adalah sesuatu yang berbeda.

Biasanya seseorang yang sibuk cenderung tidak produktif karena melakukan berbagai hal namun tidak menunjukkan hasil. Kebalikannya, seseorang yang produktif dalam apa yang dikerjakannya akan terlihat hasilnya.

Melansir Email Analitycs, berikut bisnis dari karyawan yang membual tentang kesibukannya.

  1. Pemborosan waktu yang terus-menerus

Sebuah survei Salary tahun 2014 menemukan, 89% karyawan mengaku membuang waktunya setiap hari, dengan 10% responden menyia-nyiakan 3 jam atu lebih setiap hari. Waktu yang terbuang itu berarti uang yang terbuang, ini dapat mengurangi profitabilitas bisnis.

  1. Salah alokasi sumber daya

Jika atasan yakin satu karyawan di timnya sangat sibuk, dan karyawan lainnya tidak, dia akan mengalokasikan sumber daya dan tugas yang sesuai. Sebab, jika karyawan tidak akurat dalam presentasi kesibukannya, maka dapat menyebabkan alokasi yang tidak tepat dan pemborosan lebih lanjut.

  1. Pengaruh budaya

Keluhan kronis seorang karyawan tentang kesibukan dapat menetapkan standar baru bagi kantor. Ini dapat mendorong daya saing, membuat karyawan lain membual untuk tampil paling tidak sesibuk karyawan lainnya, atau membuat budaya terbuka terhadap hal negatif dan keluhan. Keduanya, buruk bagi perusahaan.

Karyawan yang membual seperti ini memang tidaklah jahat. Namun, jika ingin terhindar dari dari dampak terburuk yang merugikan, sebaiknya, atasan melakukan monitoring untuk melacak kebenarannya.

Dilanjutkan, dengan menyesuaikan kembali beban kerja dan lanjutkan pemantauan. Ini akan membuat karyawan yang benar-benar sibuk akan terbantu, sementara si pembual akan mengalami peningkatan produktivitas.