Scroll untuk baca artikel
pojok

Arti Angka 24, Makna Totalitas Menurut Tradisi Kuno dan Islam

×

Arti Angka 24, Makna Totalitas Menurut Tradisi Kuno dan Islam

Sebarkan artikel ini
angka 24
Ilustrasi/Barisan.co

Pytagoras mengganggap 24 sebagai merangkul seluruh bagian langit

BARISAN.CO – Berbicara angka penuh dengan teka-teki, bisa jadi mitos dan juga jadi simbol setiap peradaban. Lantas, apa arti angka 24 menurut berbagai peradaban dan menurut Islam, berikut ini penjelasannya.

Menurut Annemarie Schiemmel arti angka 24 adalah angka totalitas karena terkait dengan 24 jam dalam satu hari satu malam. Meskipun di zaman dahulu satu hari di hitung dua kali 12 jam dan setiap jam sama dengan 120 menit.

Dalam buku The Mystery of Numbers; Misteri Angka-Angka dalam Berbagai Peradaban Kuno dan Tradisi Agama Islam, Yahudi, dan Kristen menjelaskan tentang teori dari Pytagoras.

“Pytagoras mengganggap 24 sebagai merangkul seluruh bagian langit karena ada 24 huruf Yunani dan 24 non musik. Berkat adanya bunyi musik, yang bisa dijelaskan dengan hubungan-hubungan numerik, manusia dapat memahami harmoni langit.”

Sedangkan tradisi Kristen, dalam Kitab Wahyu di mana 24 nenek moyang mewujud menjadi pendeta dan raja yang harmonis. Oleh karena itu angka ini dapat dipandang sebagai gambaran dari harmoni agung antara langit, 12, dan bumi 2.

Bahkan di Jerman, dua puluh empat tertuang dalam syair. Satu hari sama dengan 24 jam dan setiap sarang mempunyai 24 telur. Adapun syair tersebut yakni:

Nyanyikan sebuah lagu tentang enam sen,
Suku penuh dengan gandum hitam
Empat dan dua puluh burung hitam
Dibakar dengan sepotong kue.

Sedangkan arti 24 menurut Islam tertuang dalam kalimat syahadat yakni:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah.

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Angka 24 pada kalimat laa ilaaha illallaahu muhammadar rasuulullah diungkap Syekh Muhammad Syatha Dimyathi dalam kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya.

Syekh Muhammad Syatha Dimyathi ingin menemukan keistimewaan kalimat persaksian tersebut. Bahwasanya kalimat tauhid tersebut yakni angka 24 merujuk pada jumlah jam atau waktu dalam sehari semalam.