Asri menyampaikan, di luar negeri lebih sedikit tantangannya daripada di Indonesia karena di sana sudah ada aturan dan infrastruktur tersedia sehingga soal pemilahan sampah sudah menjadi daily life.
BARISAN.CO – Beberapa waktu lalu, Barisanco berkesempatan mewawancarai Direktur Teknik dan Usaha Perumda Paljaya, Asri Indiyani.
Perempuan asal Bandung ini mengaku, sejak kecil sangat tertarik mata pelajaran yang berhubungan dengan sains, seperti Matematika, Kimia, dan Biologi.
Terlebih, saat membahas tentang engine, dia bisa melakukan analisa tertentu sehingga membuatnya lebih tertarik.
“Saya tertarik sama sains, khususnya teknik lingkungan karena bisa do something. Saya ingin di jalur engineer yang kita do something soalnya kita sebagai manusia tidak bisa berhenti mengeksploitasi alam. Namun, bagaimana kita bisa mengurangi dampaknya,” kata Asri.
Itulah alasan yang membuat Asri bertekad mengambil jurusan teknik lingkungan semasa kuliah.
“Waktu saya kuliah juga banyak pilihannya. Saya tertarik dengan air limbah karena bagaimana kita mengurangi dampak dari penggunaan kita terhadap air, pengolahannya sebelum dikembalikan lagi ke lingkungan secara aman dan itu sangat menarik,” lanjutnya.
Dia berprinsip untuk tetap bisa melestarikan lingkungan sembari mengeksploitasinya. Menurutnya, manusia harus mengikuti peradaban zaman, meski ada konsekuensi kerusakan, namun tetap menjaga lingkungan agar tetap aman.
Asri mengenang masa kecil, dia waktu itu bercita-cita menjadi dosen dan ingin masuk Institut Teknik Bandung (ITB). Sembari tertawa, Asri mengungkapkan, sebab tinggal di Bandung dan menjadi cucu pertama, kakeknya terus mendoktrinnya untuk masuk ke sana.
“Isu-isu lingkungan itu kan penting banget. Mungkin mulai tertarik dari SD akhir dan semakin bulat ingin masuk teknik lingkungan ITB pas SMA. Kalau dulu isu buang sampah, mungkin kita tonton dari TV luar seperti Sesame Street, lama-lama belajar di sekolah jadi tertarik juga dan SMA semakin mantap,” ungkapnya.
Saat ditanya sosok yang menginspirasinya selama ini, Asri kebingungan karena dia jarang sekali merasa terkesan dengan orang lain.
“Kok orang bisa punya idola, ngefans sama siapa, saya tuh orangnya ga gampang. Jadi, sampai sekarang ga ada yang diidolain kayak role model. Kalau aku biasa-biasa aja semuanya,” ujarnya.
Ada beberapa sosok yang memang disenangi oleh Asri, namun bukan yang menginspirasinya.
Pengalaman dan Kesan Asri Kuliah di Luar Negeri
Jerman adalah salah satu negara terbaik untuk mempelajari teknik lingkungan. Dalam kesempatan itu, sebagai peraih gelar Master di Hamburg University of Technology (TUHH), kami pun bertanya kepada Asri tentang kendala dan pengalaman di sana.
Asri menuturkan, konon katanya, kalau S1 di ITB, mau S2 di negara mana pun, mungkin tidak terlalu berat.
“Pas di luar negeri, kita dituntut lebih aktif, itu aja sih. Tapi kan cara belajarnya mungkin lebih berbeda, lebih banyak ke diskusi, tapi saya rasa sekolah sekarang di Indonesia udah mulai. Di kampus saya murid jadi lebih aktif, proaktif, di sana kan lebih open, banyak diskusi, banyak baca, bukan hanya materi yang diberikan guru,” jelas Asri.
Jerman memang dikenal sebagai negara industri paling berkelanjutan. Negara Eropa itu juga menjadi negara pertama di dunia yang memperkenalkan sistem Extended Producer Responbility (EPR). Maka, tidak mengejutkan jika negara ini memiliki banyak kebijakan untuk mengatasi isu lingkungan, termasuk diantaranya pemilahan dan pengolahan sampah.
Asri menyampaikan, di luar negeri lebih sedikit tantangannya daripada di Indonesia karena di sana sudah ada aturan dan infrastruktur tersedia sehingga soal pemilahan sampah sudah menjadi daily life.