Imam Al-Ghazali memberikan pesan penting untuk menjaga kebersihan hati melalui berbagai amalan ibadah yakni menjaga kebersihan hati, lisan, dan perbuatan
BARISAN.CO – Attahuru Syatrul Iman artinya kebersihan itu sebagian dari iman. Hadits yang memerintahkan umat Islam untuk senantiasa menjagi kebersihan, baik itu kebersihan lingkungan maupun kebersihan diri.
Adapun teks arab dari hadits Attahuru Syatrul Iman yakni:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ
Artinya: “Kebersihan Itu Sebagian dari Iman.”
Hadits tentang kebersihan ini menjadi aspek penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Sebab lingkungan yang bersih akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya, juga lingkungan menjadi sehat.
Lingkungan bersih menciptakan suasana yang sehat dan nyaman bagi semua makhluk hidup. Ketika udara bersih mengisi paru-paru dan alam terjaga dari polusi, manusia dapat hidup lebih sehat dan berkualitas.
Oleh karena itu sangat penting sekali mengolah kebersihan lingkungan mulai dari diri sendiri maupun keluarga. Bagaimana mengolah sampah, mempergunakan barang secara bijak dan menggunakan sumber daya alam secara bertanggung jawab.
Semua ini merupakan bentuk kepedulian terhadap bumi yang memelihara kita. Di sisi lain, kebersihan mencerminkan keadaan mental dan emosional seseorang.
Perlu ditegaskan bahwasanya Attahuru Syatrul Iman merupakan hadits, oleh karena beredar juga teks yang memiliki arti sama yakni annadhofatu minal iman. Adapun bunyi teks arab tersebut yakni:
النَّظَافَةُ مِنَ الْإيْمَانِ
Artinya: “Kebersihan itu sebagian dari iman.”
Teks annadhofatu minal iman bukanlah hadits meski memiliki pengertian yang sama. Meski demikian menjaga kebersihan merupakan pola hidup bagi umat Islam. Terlebih lagi kebersihan pribadi yakni kebersihan hati dan pikiran.
Jika kebersihan lingkungan berkisar pada lingkungan luas, sedangkan kebersihan hati ada pada diri sendiri. Kebersihan hati juga perlu dibersihkan seperti sifat benci, dendam, hasud, sombong maupun prasangka.
Memelihara kebersihan hati melibatkan kejujuran, empati, dan toleransi terhadap orang lain. Dengan merawat kebersihan hati, seseorang dapat membawa kebaikan dan cinta kepada lingkungannya, menciptakan harmoni yang mendalam dalam interaksi sosial.
Kebersihan lingkungan dan hati adalah fondasi dari kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan. Keduanya saling melengkapi dalam memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi individu maupun komunitas.
Lingkungan yang terjaga akan memberikan nutrisi bagi jiwa, memungkinkan manusia untuk mengembangkan potensi terbaiknya.
Allah Swt memberikan bimbingan agar hambanya untuk senanitasa menjaga kebersihan hati, jangan sampai memiliki mata hati yang buta. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah Al-Hajj Ayat 46:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ أَوْ ءَاذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى ٱلْأَبْصَٰرُ وَلَٰكِن تَعْمَى ٱلْقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ
Artinya: “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46).
Kebersihan hati menciptakan ruang bagi rasa syukur dan apresiasi terhadap keindahan dunia ini. Ketika seseorang memiliki hati yang bersih, ia mampu berkontribusi secara positif dalam mengatasi tantangan lingkungan, seperti perubahan iklim dan kerusakan alam.
Dengan memadukan upaya menjaga kebersihan lingkungan dan hati, manusia dapat menciptakan dunia yang lebih baik, di mana kesejahteraan alam dan harmoni batin saling bersinergi untuk mewujudkan kehidupan yang bermakna.