Hizib Sakron yang disusun oleh Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf, merupakan amalan yang berisi doa-doa maśurat (yang merupakan peninggalan dari Nabi) dan doa-doa mustajab yang dibaca menurut waktu tertentu.
BARISAN.CO – Hizib Sakron merupakan usaha para ulama yang berupaya mendekatkan dirinya dengan Allah Swt.
Hizib dalam praktiknya dapat memberikan banyak fungsi dan manfaat (faidah), di antaranya seperti perlindungan dari sihir atau ilmu hitam, mendapatkan suatu kebutuhan (hajat), dan mendekatkan diri dengan Allah Swt.
Adapun arti Hizib Sakron secara bahasa merupakan gabungan dari dua kata yaitu Hizb dan sakran. Hizb (حزب) yang berarti wirid, kelompok, golongan. Sedangkan sakran berasal dari kata sakira-yaskaru-sakaran yang berarti mabuk. Sakran merupakan bentuk fail berarti orang yang mabuk.
Hizib Sakron yang disusun oleh Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf.
Bacaan Hizib Sakron
Berikut ini bacaan Hizib Sakron teks arab, latin dan artinya:
Hizib Sakron
حزب السكران
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، اَللّٰهُمَّ إِنِّي احْتَطْتُ بِدَرْبِ اللهِ، طُوْلُهُ مَا شَاءَ اللهُ، قُفْلُهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، بَابُهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَقْفُهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Bismillâhir-rahmânir-rahîm(i). Allâḫumma innîḫtath-tu bidarbillâhi thûluhu mâ syâ’allâhu. Qufluhu lâ ilâha illallâhu, bâbuhu Muḫammadun Rasûlullâhi, shallallâhu alaihi wa sallama, saqfuhu lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil-aliyyil-`adhîm(i).
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ya Allah! Sungguh aku mengelilingi dengan penjagaan Allah. Panjangnya ‘Mâ syâ-Allah’ (sesuatu yang dikehendaki Allah). Kuncinya ‘Lâ ilâha illallâh’ (tiada Tuhan selain Allah). Gemboknya ‘Muhammadur-Rasûlullâh, ﷺ’ (Muhammad adalah utusan Allah). Atapnya ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhim’ (Tidak ada kekuatan menjalankan ketaatan dan tidak ada daya upaya menghindari kemaksiatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha tinggi dan agung).
أَحَاطَ بِنَا مِنْ ﴿بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ، الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ، مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ، اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ، اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ، صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ﴾
Aḫâtha binâ min bismillâhir-raḫamânir-raḫaîm(i). Al-ḫamdulillâhi rabbil-âlamîn(a). Arraḫmânir-raḫîm. Mâliki yaumid-dîn(i). Iyyâka nabudu wa iyyâka nastaîn(u). Ihdinash-shirâtal-mustqîm(a). Shirâtal-ladzîna anamta alaihim ghairil-maghdûbialaihim wa lâdl-dlâllîn(a). 3x
Semoga Allah mengelilingi kami dengan (bacaan) “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(QS al-Fatihah : 1-7).
سُوْرٌ سُوْرٌ سُوْرٌ
Sûrun sûrun sûrun
Bentengilah diriku, bentengilah diriku, bentengilah diriku
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَــاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَــاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
Allâhu lâ ilâha illâ Huwal-ḫayyul-qayyûm(u), lâ ta’khudzuhu sinatun wa lâ naum(un), lahu mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ardli, man dzal-ladzî yasyfauindahu illâ bi’idznihi, yalamu mâ baina aidihim wa mâ khalfahum wa lâ yuḫithûna bisyai’in minilmihi illâ bimâ sya’a, wasia kursiyuhus-samawâti wal-ardla wa lâ ya’uduhu ḫifdhuhuma wa huwal-aliyyul-adhîm(u).