- Sebagai sarana mengatasi kesempitan hidup
Qasidah al-Munfarijah sejak dahulu dikenal sebagai amalan daf‘ul bala’, yaitu permohonan agar Allah mengangkat kegundahan, kesulitan ekonomi, maupun tekanan hidup. Kiai Sahal sering menganjurkan amalan yang memiliki nilai psikologis dan spiritual semacam ini.
Manfaat dan Kandungan Makna Qasidah al-Munfarijah
Secara umum, qasidah ini mengandung tiga pesan utama:
- Kesulitan hidup adalah bagian dari perjalanan rohani
Bait-baitnya mengajarkan bahwa tidak ada kesempitan kecuali di baliknya tersimpan kelapangan. Jiwa yang sabar dan terus berdoa akan merasakan pertolongan Allah pada waktunya.
- Bersandar pada syafaat Nabi
Qasidah ini penuh dengan pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini mengajarkan bahwa jalan menuju ketenangan adalah mengikuti akhlak dan jejak beliau.
- Harapan yang terus hidup
Al-Munfarijah adalah syair tentang optimisme. Ia tidak membiarkan pembacanya tenggelam dalam keluh-kesah, tetapi terus mendorong untuk menggantungkan harapan kepada Allah Yang Maha Melapangkan.
Tidak mengherankan jika banyak santri, jamaah majelis taklim, dan warga NU membaca qasidah ini ketika dilanda masalah, menghadapi ujian sekolah, mengalami tekanan ekonomi, atau bahkan sekadar untuk menenangkan hati.
Cara Mengamalkan Qasidah al-Munfarijah
Meskipun masing-masing kiai atau guru memiliki versi ijazah yang berbeda, secara umum amalan ini dibaca:
- setelah shalat fardhu atau shalat malam,
- dengan niat memohon kelapangan,
- dengan tata krama yang baik: wudhu, duduk menghadap kiblat, dan hati yang khusyuk.
Beberapa kiai mengijazahkan untuk dibaca 3×, 7×, atau 11×, tergantung tujuan dan kebutuhan rohani.
KH Sahal Mahfudz sendiri menekankan bahwa keberkahan amalan bukan pada jumlahnya, tetapi pada ketulusan hati, adab membaca, dan kedisiplinan santri dalam menjalani hidup.
Bacaan Qasidah al-Munfarijah
Qasidah al-Munfarijah bukan sekadar syair klasik. Ia adalah warisan spiritual yang membuat jutaan santri merasa dekat dengan Allah, lebih kuat menghadapi masalah hidup, dan lebih tenang dalam perjalanan rohani.
Melalui penjelasan dan anjuran ulama besar seperti KH Sahal Mahfudz, qasidah ini menjadi bagian penting dari tradisi pesantren tradisi yang menyatukan cinta, doa, dan harapan.
Jika dibaca dengan hati yang jernih, qasidah ini tidak hanya melapangkan urusan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa pertolongan Allah selalu dekat bagi siapa saja yang mengingat-Nya. []








