Seringkali, diam adalah pilihan terbaik. Ketika kita tidak yakin apakah ucapan kita akan membawa manfaat atau tidak, lebih baik memilih untuk diam. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Diam bukan berarti lemah. Diam adalah tanda kedewasaan dan kebijaksanaan. Dengan diam, kita menghindari konflik yang tidak perlu, menjaga hubungan baik, dan menenangkan hati. Jika kita harus berbicara, pastikan kata-kata kita membawa kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
Lisan yang terjaga adalah tanda dari hati yang mulia. Pilihlah kata-kata dengan bijak, sebagaimana kita memilih makanan yang sehat untuk tubuh kita.
Kata-kata yang baik dapat menjadi penyemangat bagi orang lain, menyembuhkan hati yang terluka, dan menjadi sumber inspirasi. Sebaliknya, kata-kata yang buruk dapat meruntuhkan semangat, menghancurkan hubungan, dan menanam kebencian.
Ingatlah, setiap kata yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Artinya: “Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap ucapan, baik yang disengaja maupun tidak, akan dicatat dan akan dipertanggungjawabkan.
Maka, mari kita latih diri untuk berbicara hanya ketika perlu dan memilih kata-kata yang bermanfaat.
Bahaya Lisan dan Tantangan di Era Digital
Di era digital seperti sekarang, bahaya lisan tidak hanya datang dari ucapan langsung, tetapi juga dari tulisan di media sosial.
Komentar negatif, ujaran kebencian, dan fitnah seringkali menjadi bagian dari kehidupan online. Namun, prinsip menjaga lisan tetap berlaku.
Sebelum mengetik atau membagikan sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini bermanfaat? Apakah ini akan menyakiti orang lain?”
Sebagaimana kita menjaga lisan kita, kita juga harus menjaga jejak digital kita. Pilihlah untuk menyebarkan kebaikan, bukan keburukan.
Gunakan lisan dan tulisan kita untuk memberikan manfaat, menginspirasi, dan menyebarkan kebenaran.
Bahaya lisan adalah pengingat bagi kita untuk senantiasa waspada dengan setiap kata yang keluar dari mulut kita.
Jika lisan kita digunakan untuk kebaikan, ia akan menjadi sumber pahala dan keberkahan. Sebaliknya, jika tidak dijaga, ia akan menjadi penyebab kehancuran.
Mari kita berkomitmen untuk menjaga lisan kita, sebagaimana Rasulullah Saw mengajarkan. Jika kita tidak yakin dengan manfaat ucapan kita, lebih baik diam. Ingatlah, diam adalah emas yang menyelamatkan.